Bab 7

7.5K 790 56
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Selamat membaca.

Terimakasih.

Hati-hati typonya banyak.

*

*

*

***

"Jangan pernah menjadikan kesepian sebagai alasan untuk jatuh cinta, lalu terluka setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah menjadikan kesepian sebagai alasan untuk jatuh cinta, lalu terluka setelahnya."

-after 30-

***

*

*

*

Bian menggenggam ponselnya cukup kuat setelah mendapatkan pesan dari Fani yang memberitahukan jika saat ini Naya berada dalam lingkaran keluarga Damar, dan Gendis. Bukan dirinya bersikap berlebihan akan hal tersebut. Tetapi janjinya pada Ghani, serta perjanjiannya dengan Damar untuk menjaga Naya dengan baik membuatnya merasa lalai dan abai.

"Bi, lo mau kemana? Bentar lagi rapat mau dimulai. Woy, Bian!" teriak Devan melupakan profesionalitas yang dijunjung tinggi olehnya saat Bian berlari layaknya orang kesetanan melewatinya.

"Kacau ini. Bian!" Devan mengacak rambutnya kesal. Karena sudah pasti kali ini dirinya akan berlipat-lipat lebih pusing menangani dua perusahaan sekaligus.

Sementara itu, Bian terus berlari menuju parkiran mobil, dan dengan cepat melajukan mobilnya ke alamat yang Fani berikan. Rasa khawatir menyelimuti perasaannya akan keadaan Naya saat ini.

Seakan teringat sesuatu, Bian langsung menghubungi Fani melalui saluran telpon. satu tangannya memegang erat stir mobil, satu tangan lain membenarkan letak earphone pada telinganya.

"Kenapa mbak Fani bisa sampai nggak tahu, kalau klien kalian masih saudara Gendis?" cecar Bian saat sambungan teleponnya diterima Fani.

"Mba memang belum tahu, Bi. Ini baru pertemuan ke tiga, selama dua bulan mereka seenaknya ngubah tempat buat meeting, batalin janji ketemu sama ngubah konsep cuma lewat telfon. Mbak cuma tahu kalau ayahnya Andrew seorang anggota Dewan, nggak kefikiran kalau Gendis masih bau-bau sodaraan sama itu orang!" sahut Fani dengan kesal.

Tanpa menunggu penjelasan Fani lagi, Bian memutuskan panggilannya. Ia melemparkan earphone yang tadi menempel pada telinganya asal.

Setelah mengetahui alasan putusnya hubungan Naya dan Damar, Bian benar-benar bersimpati dengan gadis itu. Rasa ingin melindungi tumbuh begitu besar tanpa diminta oleh siapapun. Namun keadaan mereka yang memang perlu waktu untuk menyembuhkan luka masing-masing, membuat Bian tetap menjaga jarak.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang