Bab 22

5.4K 561 31
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Hati-hati typonya banyak.

Sekali lagi aku infokan. Kalau dari bab 15 alurnya aku rubah. 😘

Selamat membaca.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Kepercayaan menjadi satu-satunya pondansi paling kuat dalam suatu hubungan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kepercayaan menjadi satu-satunya pondansi paling kuat dalam suatu hubungan."

-after 30-

***

*

*

*

Naya menghabiskan hari liburnya kali ini bersama Bian mengelilingi kota Bandung dengan sepeda motor. Dia memeluk pinggang lelaki itu sesuai permintaan. Deru mesin sepeda motor menjadi pengiring mereka sepanjang perjalanan.

Sinar matahari yang beranjak senja cukup bersahabat untuk menjadi latar mereka menerjang membelah jalan yang lengang pusat kota.

Setelah genap satu bulan menjalin kasih, bisa di katakan ini pertama kali mereka berkencan tanpa adanya gangguan.

Bian membenarkan letak tangan Naya yang terasa melonggar pada pinggangnya. Lalu memasang sein kanan saat akan membelokkan sepeda motornya menuju satu tempat yang akan menjadi kejutan untuk Naya.

Bian menghentikan sepeda motornya tepat di depan sebuah parkiran rumah berlantai dua, berdesain minimalis modern kawasan cluster mewah tidak jauh dari pusat kota.

"Kita nggak bisa ke bukit Moko. Jadi aku putuskan ke sini saja." Bian berkata seraya membantu melepas helm yang Naya pakai.

"Ini, rumah siapa, Mas?" tanya Naya. Dia memindai rumah yang terlihat sepi itu penuh rasa khawatir. Dia belum siap jika harus bertemu dengan Ibu dari Bian. Terlabih tanpa persiapan apapun.

"Ini rumah kita, bukan rumah Mama," jelas Bian. Memecah kekhawatiran Naya.

Kening Naya berkerut dalam."Rumah kita? Bagaimana bi-"

"Ini benar rumah kita, sayang. Rumah untuk masa depan kita. Kamu nggak usah takut, ini bukan rumah Mama." Bian menjelaskan lagi. Dia cukup peka dengan kegelisahan sang kekasih.

"Aku tahu kamu belum siap ketemu Mama."

"Mas, Ak-"

"Kita akan ketemu Mama setelah kamu benar-benar siap. Sekarang, lebih baik kita masuk ke dalam." Bian melirik rumah di hadapannya.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang