Bab 42 | END

11.4K 607 72
                                    


Selamat membaca.

Hati-hati typonya banyak.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Sang Pencipta tidak pernah keliru ketika mempertemukan sepasang manusia untuk bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sang Pencipta tidak pernah keliru ketika mempertemukan sepasang manusia untuk bersama."

-after 30-

***

*

*

Setelah setengah hari menemani Bian bekerja, Naya mengiyakan ajakan Bian untuk mampir sejenak ke unit apartemen lelaki itu. Naya mengekori Bian masuk kedalam unit dengan langkah menderap pelan. Bukan ragu tetapi dia merasa aneh saja.

Ini kedua kalinya Naya masuk kedalam unit tersebut. Saat pertama kali dia memijakkan kaki dalam unit yang terbilang mewah ini, ketika dia mengembalikan dompet Bian. Masih berstatus kekasih Damar. Dan kali ini, Naya kembali dengan statusnya sebagai calon istri Bian.

Sungguh, semua ini di luar nalarnya sebagai manusia. Namun, saat tubuhnya menabrak punggung Bian yang berhenti mendadak, menyadarkan Naya jika semua ini nayata.

Tidak mustahil ataupun aneh.

"Maaf Mas." Naya berucap saat Bian berbalik padanya.

Bian menarik nafas panjang. Naya yang terlihat ragu-ragu untuk melangkah, membuat kesabarannya yang setipis tisu itu memberontak.

"Kamu jalan lama banget, deh, sayang. Apa mau aku gendong?"

Satu langkah kaki Naya otomatis mundur ke belakang. Memasang waspada, khawatir jika Bian benar-benar akan menggendongnya.

"Aku masih bisa jalan Mas."

"Aku mau bersih-bersih sebentar. Kamu duduk dulu, atau mau keliling juga boleh." Bian menaruh kunci mobil diatas meja ruang tengah."Disana ada coklat instan, yang bisa kamu seduh. Kalau mau buat coklat hangat," menunjuk arah mini bar, dekat meja makan.

"Iya, Mas."

"Ini rumah kamu juga. Jangan sungkan," tambah Bian sebelum berlalu masuk kedalam kamarnya.

Selepas Bian benar-benar menghilang dari pandangannya, Naya mulai mengitari sudut unit yang mengusung tema maskulin dan sangat rapi untuk ukuran tempat tinggal seorang lelaki itu perlahan. Kaki Naya terhenti pada sudut ruangan yang diisi sebuah piano dan rak buku yang tertata dengan rapi.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang