Bab 19

5K 543 14
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Selamat membaca.

Hati-hati typonya banyak.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Kepercayaan membuat seseorang tidak mudah merasa khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kepercayaan membuat seseorang tidak mudah merasa khawatir."

-after 30-

***

*

*

*

Di antara kesibukkannya, Naya dan Desi menyempatkan diri menjenguk Ibu mertua Fani di rumah sakit. Mertua Fani yang ramah, membuat mereka ikut hanyut dalam obrolan hangat antara menantu dan mertua itu.

Waktu terus berjalan. Tidak terasa waktu sudah sore, sehingga obrolan yang menyenangkan itu harus berakhir. Naya dan Desi pun berpamitan untuk pulang.

Tetapi, Naya tertahan saat Dinda meminta waktu untuk berbicara hanya berdua.

Di sudut kantin rumah sakit.

Naya mendengarkan Dinda bercerita dengan seksama tanpa menyela. Curahan hati Dinda tentang Ghani yang meminta untuk berhenti berharap, membuatnya ikut terluka.

"Atas sikap Ghani, Aku sebagai kakaknya minta maaf, Din," Naya menggenggam tangan Dinda penuh rasa bersalah.

"Kak Naya nggak salah. Aku cuma ...Tapi ... Tapi ..." kata-kata Dinda tertelan lagi, hanya sampai kerongkongannya.

Naya menatap Dinda pilu. Saat ini, dia tidak bisa menyalahkan siapapun. Dia tahu betul hal yang menjadi pertimbangan Ghani selama ini. Kesetaraan strata sosial mereka yang berbeda membuat Ghani bimbang.

"Dari awal, aku tahu aku salah udah berharap terlalu jauh sama Kak Ghani, Kak," kata Dinda serak menahan air mata yang sudah berkumpul di sudut matanya.

"Tapi, Aku nggak bisa nyerah saat aku udah bener-bener sayang sama dia. Tapi, begitu dia bilang ada wanita lain yang lebih penting dalam hidupnya, Aku ... Aku ... "Dinda sudah tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak menangis.

Naya langsung memeluk Dinda ketika tangis gadis itu pecah.

"Dinda, mungkin untuk saat ini aku nggak bisa bantu banyak dalam hubungan kalian. Tapi, aku akan coba bicara lagi sama Ghani nanti. Karena, bagaimanapun sikap Ghani bukan hanya menyakiti kamu. Tapi Aku juga," ucap Naya sambil mengurai pelukannya.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang