Bab 11

6.2K 630 35
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Terimakasih.

Selamat membaca.

Hati-hati typonya banyak.

*

*

*

***

"Waktu itu multitalenta, bisa menyembuhkan, bisa memberi luka, bisa melupakan, bisa menjadi pengingat, bisa menjadi cerita bahagia, bisa menjadi cerita duka, bisa memberi harapan, bisa memberi kepastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waktu itu multitalenta, bisa menyembuhkan, bisa memberi luka, bisa melupakan, bisa menjadi pengingat, bisa menjadi cerita bahagia, bisa menjadi cerita duka, bisa memberi harapan, bisa memberi kepastian. Tetapi waktu, tidak bisa di ulang dua kali."

-after 30-

***

*

*

*

Naya membuang nafas kasar ketika perkataan Bian dan Damar saat dirinya nyaris kecelakaan beberapa waktu lalu berputar silih berganti dalam kepalanya. Dia tidak menampik, kehadiran Damar belakangan ini mengusik ketenangan hatinya. Termasuk si pengirim bunga misterius yang sampai detik ini pun belum diketahuinya.

Tidak jauh berbeda dengan sikap Bian yang semakin hari semakin meresahkan. Terkadang, Naya ingin sekali bertanya  tentang cara lelaki itu bersikap padanya. Bian selalu menunjukan seolah mereka mempunyai hubungan khusus. Namun pada kenyataannya mereka hanya berteman baik saja.

Entahlah, Naya semakin sulit menebak Bian.

Yang Naya tahu, selama mengenal Bian selain kerap sikap ketus, sikap manis dan tindakan baik yang lelaki itu tunjukkan padanya bukanlah sebuah kepura-puraan. 

Ya, Naya tahu itu. Bian memang tulus padanya. Namun Naya tetap mempertahankan kewarasannya jika sikap Bian hanya sekedar baik. Tidak memiliki maksud apapun padanya.

Naya beralih duduk berselonjor di atas karpet ruang televisi sembari menunggu Ghani yang sedang pergi keluar membeli sarapan, kerena pagi ini dia sedang malas memasak.

Jemari tangannya tidak berhenti bergerak terus melipat dan melipat kertas origami untuk sekedar mengalihkan pikirannya yang terus berkecamuk. Matanya sesekali menatap layar televisi yang menyala, menyajikan sebuah tayangan berita selebriti lokal terjerat kasus narkoba.

"Hidup udah enak, malah dibikin susah!" gumamnya kesal.

Setengah jam berlalu, Naya mulai bosan menunggu Ghani yang belum juga kembali.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang