Epilog

9K 599 49
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Hati-hati typonya banyak.

Selamat membaca.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Manusia tidak berjalan diatas sepatu yang sama, begitu pula garis takdir setiap manusia berbeda-berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manusia tidak berjalan diatas sepatu yang sama, begitu pula garis takdir setiap manusia berbeda-berbeda."

-after 30-

***

*

*

*

Hari yang Naya nantikan tiba. Pernikahan yang dia impikan beberapa menit lagi akan menjadi nyata.

Suasana sakral dan khidmat menyeruak ke setiap sudut ballroom hotel ternama di pusat kota Bandung itu saat prosesi akad akan segera di mulai. Lantunan basmalah serta doa yang di ambil dari ayat suci al-quran mulai terdengar sebagai pembuka acara.

Dengan jantung yang berdebar tidak karuan dan harap-harap cemas Naya menunggu Bian menyahuti ucapan akad dari Ghani yang tampil sangat berwibawa, tegas, serta lebih dewasa saat menjadi walinya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nayara Putri binti alm. bapak Achmad Irwandi dengan mas kawin tersebut tunai!" ucap Bian dalam satu tarikan nafas penuh penegasan.

"Bagaimana para saksi?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

Helaan nafas lega Naya keluarkan, ucapan syukur atas kelancaran prosesi akad meluncur dengan lancar.

Naya menatap Bian yang duduk disampingnya penuh makna. Setelah berjalan beriringan cukup jauh bahkan hampir terseok-seok dengan alas kaki yang Bian berikan, akhirnya mereka sampai pada garis finis bersama.

Walaupun Naya tahu, ini bukan benar-benar akhir dari mereka. Namun, dia berharap mampu menapaki perjalan baru dalam dunia pernikahan dengan baik.

Di luar segala hal yang akan mereka lalui nanti, Naya memuji ketampanan Bian yang bertambah berkali-kali lipat dalam balutan busana pengantin khas Sunda, sesuai adat dari keluarganya. Naya memekarkan senyum bahagia bersamaan dengan buliran bening jatuh melewati pipinya yang disambut senyum lembut sang suami.

Beberapa saat mereka beradu tatap, menyelami binar kebahagian yang terlukis begitu indah pada bola mata mereka masing-masing.

Tetapi, adu tatap itu harus terjeda untuk prosesi pemasangan cincin. Setelah cincin terpasang pada jari manisnya, Naya meraih tangan kanan Bian. Memasangkan cincin seperti yang Bian lakukan padanya, kemudian mencium punggung tangan itu sebagai tanda bakti pertamanya sebagai seorang istri kepada suami.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang