Bab 38

5.2K 550 15
                                    

Vote dan komentarnya jangan lupa.

Selamat membaca.

Hati-hati typonya banyak.

Terimakasih.

*

*

*

***

"Harus di fahami juga, jika rezeki itu tidak selalu berbentuk uang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harus di fahami juga, jika rezeki itu tidak selalu berbentuk uang."

-after 30-

***

*

*

*

Sterss dan nervous adalah dua kondisi yang Naya alami saat ini. Jika dulu dia hanya mengetahui dua kondisi tersebut dari para klien, kini dia dapat merasakannya sendiri.

Menghadapi detik-detik menuju hari pernikahan sangat mendebarkan sekaligus melelahkan. Pekerjaan Naya yang ikut padat pun akhirnya membuat dia benar-benar kewalahan dan kesehatannya sedikit menurun.

Mempersiapan pernikahan cukup menguras tenaga dan mentalnya. Meski dukungan penuh Naya dapatkan dari Bian. Namun tidak terlalu cukup kuat untuk fisiknya.

Bian yang mengetahui kondisinya tidak baik-baik saja panik, dan langsung membawanya ke rumah sakit. Membatalkan janji dengan pihak butik untuk mengganti jadwal fitting busana pengantin mereka. Kepanikan Bian memudar setelah dokter mengatakan jika Naya hanya kelelahan.

"Jadi, kita lanjut ke rumah Mama?" tanya Bian sebelum membelokkan kemudianya.

"Iya Mas. Mumpung aku tidak kerja hari ini," jawab Naya pelan.

"Tapi kalau kamu ca-"

"Mama sudah dari kemarin minta aku ke sana."

"Ya sudah." Bian melirik Naya yang agak pucat dengan ekor matanya."Besok, kamu cuti dulu, bagaimana?"

"Sepertinya aku harus tetap masuk, Mas. Cutiku aku simpan untuk acara kita nanti."

Bian tidak menyanggah dengan kalimat apapun. Dia hanya memebawa tangan Naya yang dia genggam untuk di kecupnya.

Beberapa menit kemudian.

Arini menyambut sumringah calon menantu dan putranya yang baru tiba. Tapi, kerutan pada dahinya mulai nampak ketika melihat calon menantunya tidak terlalu ceria seperti biasanya.

after 30 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang