01

4.5K 513 11
                                    

Dalam wujud bayangan, bagai udara yang tersebar di setiap sudut Istana. Di sanalah aku berada —

Belasan Dayang, Huin, serta para prajurit berpencar mengelilingi Istana. Dengan napas tersenggal-senggal, mereka terus berputar mencari satu sosok yang menjadi penyebab mengapa keringat mereka mengalir deras tatkala fajar baru saja menyingsing.

"Pangeran Permaisuri!"

"Apakah Pangeran Permaisuri sudah ditemukan?"

"Belum, Tuan!"

Huin Sunoo mengibas-ngibas kerah bajunya, ia merasa kepanasan. Sutera hitam yang dia kenakan hampir menempel karena keringat, "Dewa, mengapa Engkau memberikan sifat kenakan yang permanen pada diri Pangeran Permaisuri?"

"Jangan mengeluh!" Dayang Lim menggeplak pelan bahu Sunoo. Wanita berumur itu kembali berlarian kecil sembari memegang pinggangnya yang nyeri. Dia rela bergerak tidak nyaman demi Pangeran Permaisuri.

"Pangeran Permaisuri bermain petak umpet lagi?" ucap suara hangat dari arah belakang.

Dayang Lim serta Huin Sunoo kompak berbalik. Mereka berdua kemudian membungkuk hormat menyambut kedatangan Pangeran Heeseung—saudara tiri Raja Jongseong.

"Benar Yang Mulia," jawab Huin Sunoo.

Pangeran Heeseung terkekeh hangat, "Aku ragu kalian benar-benar pelayan Pangeran Permaisuri. Ini sudah delapan tahun sejak beliau menginjakkan kaki di Istana, dan kalian masih belum tahu area yang sering dia jadikan tempat untuk bersembunyi?"

Huin Sunoo dan Dayang Lim berucap kompak, "Maafkan kami, Yang Mulia."

"Tidak apa-apa. Aku akan menuntun kalian menuju Pangeran Permaisuri," air muka serta nada bicara Heeseung yang kelewat ramah membuat siapapun yang berada di sekitarnya merasa nyaman.

Pengeran Park Heeseung. Putra kedua dari mendiang Raja Taehyung. Adik tiri Raja Jongseong. Dianugerahi wajah tampan serta kepribadian menyenangkan yang membuatnya populer di kalangan wanita bangsawan maupun sekelas dibawahnya.

Entah sudah berapa banyak lamaran pernikahan yang  dia tolak. Heeseung belum memiliki keinginan untuk menikah atau membangun keluarga di usianya yang kini menginjak 25 tahun.  Jiwa bebasnya masih berkobar penuh semangat. Dia ingin menikmati hari bersama dirinya sendiri sebelum membagi dunianya untuk orang yang terkasih suatu hari nanti.

"Maaf Pangeran, Bukankah Anda harus menyapa Paduka Agung?" tanya Sunoo hati-hati, "Bagaimana jika beliau sudah menunggu?"

"Aish kalian bawel sekali!" Heeseung mendecakkan bibirnya pura-pura sebal, "Appa tidak akan marah hanya karena aku terlambat sedikit. Ayo ikuti aku! Kita harus bergerak cepat sebelum Pangeran Permaisuri kabur!"

Heeseung memimpin di depan. Kedua tangannya diletakkan di belakang tubuh. Sepanjang jalan ia terus bersenandung kecil. Sesekali menyapa orang-orang yang lewat—sebagian besar diantaranya adalah pegawai dapur wanita.

"Selamat pagi Pangeran Heeseung!"

"Selamat pagi," Heeseung menjentikkan jarinya, "Ah, sarapan kali ini enak sekali. Nanti siang tolong buatkan menu makanan yang sama. Kerja bagus!"

Pujian tersebut membuat para pegawai dapur yang berjejer dua baris beberapa meter di sampingnya tersipu malu, "Baik Yang Mulia!"

•••

Istana terdiri dari paviliun-paviliun berbahan dasar kayu. Setiap paviliun baik itu ruang majelis—tempat Raja berdiskusi dengan para pejabat, kantor keamanan, serta dapur kerajaan dan tempat-tempat penting lainnya saling terpisah untuk memudahkan Raja memantau pekerjaan mereka. Jaraknya cukup berjauhan, bahkan kediaman keluarga kerajaan pun terpisah satu sama lain.

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang