63

976 111 14
                                    

Warning! Berdarah-darah!

Dua hari setelah dekret kerajaan tiba di Sonjang, Pangeran Heeseung segera bersiap-siap untuk kembali ke ibu kota. Hari ini, tabib-tabib yang belum bertugas berdiri di sekitar gerbang kota, menunggu kehadiran Pangeran Heeseung. Sejumlah prajurit istana yang dibawa dari ibu kota telah siap dengan kuda masing-masing.

"Aku belum bisa kembali," Penatua Jin Qiyan menunjukkan buku setengah jadi miliknya, "Banyak penelitian yang harus kutulis. Mungkin memerlukan waktu sekitar enam bulan."

Pangeran Heeseung mengangguk, "Tanggung jawab Penatua Jin Qiyan lebih banyak dariku."

"Selama ini kau telah bekerja keras," Penatua Jin Qiyan tersenyum tipis. Jika Pangeran Heeseung tidak memfokuskan pandangannya, dia tidak akan menyadari hal ini.

"Kerja kerasku tidak akan berjalan lancar tanpa Penatua Jin Qiyan," Pangeran Heeseung bersikap rendah hati.

Dia lalu berkata pada Jiurong Suan yang berdiri di belakang Penatua Jin Qiyan, "Tetua dan Jiurong Jaeyun harus ikut denganku untuk menerima berkah dari Baginda Raja. Kontribusi Tetua dalam menemukan rebung Duan Xu sangat besar. Apakah tetua tidak ingin berubah pikiran untuk ikut denganku ke ibu kota?"

Mendengar ini, pandangan Jiurong Jaeyun berubah serius. Dia mencengkram lengan ayahnya kuat-kuat seolah-olah memberi kode. Namun, Jiurong Suan bahkan tidak meliriknya ketika dia menolak.

"Orang tua ini hanya membantu sedikit. Sama sekali tidak mengharapkan imbalan, hanya berharap bahwa Tanah Penunjang akan diberkahi kesejahteraan sepanjang masa."

Tidak butuh waktu sedetik bagi Jiurong Jaeyun untuk menghancurkan kata-kata bijaksana tersebut. Nadanya bahkan terdengar mengejek.

"Omong kosong! Bukankah ayah paling suka uang?"

Jiurong Suan mengangkat tangannya, bersiap memukul. Tak lama kemudian dia menurunkan tangannya ketika menghadapi tatapan dingin Penatua Jin Qiyan.

Orang tua bersurai keperakan itu menghela panjang, "Lagipula, hari ini aku juga harus kembali untuk melapor pada Pemimpin Klan. Selain itu, Pendampingku telah menunggu kepulanganku terlalu lama. Aku tidak ingin dia merasa sedih."

Sejak awal, Pangeran Heeseung tidak berharap Jiurong Suan akan bersedia pergi ke ibu kota. Dia pasti memiliki banyak pertimbangan yang berhubungan dengan klan Jiurong. Menerima penghargaan di Aula Majelis Rapat berarti siap untuk mengungkapkan identitas.

Namun, lain halnya jika Pangeran Heeseung mengajak Jiurong Jaeyun. Anak itu pasti mengiyakan tanpa berpikir panjang.

Pangeran Heeseung tersenyum lembut,"Baginda Raja dan aku pasti memahami niat baik Tetua. Namun, sebagai gantinya biarkan aku mengawal kalian sampai kita berpisah di tengah jalan. Mohon Tetua berikan wajah pada Pangeran Ini."

"Ini ...." Jiurong Suan ragu-ragu. Dia melirik Penatua Jin Qiyan, meminta persetujuan. Setelah melihat Penatua Jin Qiyan mengangguk, barulah Jiurong Suan merasa lega.

Jiurong Suan membungkuk, "Tentu-tentu. Aku akan menerima tawaran Pangeran Kedua."

Dia kemudian pamit untuk mengambil barang-barang dan disusul oleh Penatua Jin Qiyan. Tampaknya wanita itu ingin membicarakan sesuatu.

Tersisa Jiurong Jaeyun. Dia berdiri diam seolah-olah menjelma menjadi patung, bahkan mengabaikan tatapan Pangeran Heeseung.

Pangeran Heeseung tersenyum menghela, sedikitnya dia memahami suasana hati Jiurong Jaeyun. Tangan putih Park Heeseung terulur membenarkan letak permata di kening Jiurong Jaeyun. Lagi-lagi dia salah fokus oleh permata itu.

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang