Yang Jungwon terengah-engah. Dadanya naik turun dengan cepat. Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk mengungkapkan keluhan yang ia pendam selama bertahun-tahun.
Saat amarah mengendalikan Park Jongseong, dia tidak akan bisa berpikir jernih. Dia hilang akal, menjadi egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia akan melakukan apapun untuk melampiaskan amarahnya, bahkan orang-orang di sekitarnya akan terkena dampaknya.
Sejak dulu dia tidak pernah berubah. Selalu menyakiti orang lain dengan lisannya. Jungwon kira setelah mereka berdua menjadi pasangan suami yang sebenarnya, Park Jongseong akan memperlakukannya lebih lembut. Namun, sepertinya tidak ada yang berubah.
Dia bahkan menuduh Yang Jungwon memiliki perasaan pada Pangeran Heeseung. Hal tersebut membuat Yang Jungwon sangat marah.
Hatinya sakit. Jika Park Jongseong menuduhnya demikian, bukankah itu sama saja dengan Jongseong yang meragukan cinta Pendampingnya?
Yang Jungwon sangat tidak bisa menerima hal ini.
"Yang Mulia, tenanglah ... astaga. Anda tidak boleh terjebak dalam emosi yang kuat. Ini tidak baik untuk calon pewaris ..."
Dayang Lim menghampiri Pangeran Permaisuri dan mengambil tangannya. Dia memberi pijatan lembut untuk membuatnya rileks. Wanita itu kemudian menuntun Yang Jungwon untuk menarik napas dalam.
Yang Jungwon memejamkan mata, mengikuti instruksi Dayang Lim seraya mengelus perutnya yang datar. Di sisi lain, Park Jongseong masih diam, tetapi matanya tidak lepas dari Pendampingnya.
Dan saat itu ... matanya yang tajam menunjukkan sorot bersalah. Dia menyesal.
"Cukup sampai di sini, Baginda Raja," Kepala Dayang mengeraskan rahang. Dia tampak kesal, tetapi masih bersikap hormat, "Anda tidak boleh lupa bahwa saat ini Pangeran Permaisuri sedang mengandung nyawa ringkih Calon Pewaris."
Park Jongseong memijat pangkal hidungnya, terlihat kebingungan. Dia terlihat ingin meminta maaf, tetapi dia sendiri sadar bahwa ini bukan saat yang tepat karena dia yakin Jungwon tidak akan memaafkannya dalam waktu dekat.
"Dayang Lim," Yang Jungwon menoleh ke pintu keluar. Suaranya lirih, "Ayo pergi."
Tanpa menatap atau membungkuk hormat pada Park Jongseong, Yang Jungwon meninggalkan Aula Pengadilan selangkah demi selangkah. Dayang Lim menuntunnya, membantunya berjalan.
Namun, belum sempat mereka melewati pintu, Yang Jungwon jatuh pingsan.
"JUNGWON-AH!!"
Seketika, seruan sarat akan kekhawatiran bergema di Aula Pengadilan yang luas.
Yang Jungwon terkulai lemas dalam dekapan suaminya. Wajahnya pucat, tangannya terasa dingin. Park Jongseong tidak bisa menghalau pikiran buruk yang segera menghantuinya.
Mata setajam elang milik pria itu berubah menjadi kuyu. Pupilnya bergetar karena kekhawatiran. Sementara itu, ujung-ujung matanya mulai memerah. Cahaya memantul di matanya, mengungkapkan segaris bening air mata yang siap jatuh.
Waktu seolah-olah melambat saat Park Jongseong memanggil-manggil nama Pendampingnya, memintanya bangun. Namun, Jungwon tidak memberikan reaksi lebih selain bernapas dengan mata tertutup.
Rombongan tabib terlihat berlarian dari arah gerbang. Saat mereka masuk, pintu Aula Pengadilan langsung ditutup. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ada sesosok pria yang bersembunyi di balik pilar, dinaungi oleh kegelapan.
Jung Sangwook.
•••
Yang Jungwon telah dipindahkan ke ruang pribadi Jongseong di sisi lain Aula Pengadilan. Seorang tabib tua mengambil tangannya dan mulai menekan denyut nadinya, sementara Park Jongseong memperhatikan dalam posisi berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...