Peringatan! Chapter ini berisi adegan dewasa! Orang dibawah umur delapan belas harap membatasi dirinya sendiri! Terima kasih.
•
•
•
Park Jongseong dan Pangeran Permaisuri, mereka berdua telah mengungkapkan emosi masing-masing.
Rasa takut akan kehilangan membuat Jongseong melontarkan kata-kata yang mustahil dia ucapkan; ketakutan juga membuat Jungwon mengungkapkan penderitaan terpendamnya.
Mereka berpelukan hingga hati keduanya terasa tenang, cukup untuk meredakan emosi Park Jongseong yang meledak bak gunung meletus. Namun, sebagai akibat dari ledakan emosi tersebut, Jongseong merasa tubuhnya sangat lemah sekarang.
Pria itu benar-benar menghabiskan seluruh tenaganya untuk marah.
Dayang Lim masih terisak-isak dengan posisi bersujud. Jari-jari tangannya bewarna kemerahan, kaku dan hampir membeku karena terlalu lama menempel pada lapisan salju. Hanya ketika dia mendengar suara langkah kaki disertai seruan lembut untuk mememerintahkan orang-orang bangkit, Dayang Lim memutuskan untuk mendongak sedikit.
Wanita itu hanya berani menatap Pangeran Permaisuri beberapa detik. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang salah dari penampilan luarnya, dia kembali menundukkan kepala.
Park Jongseong berwajah muram, begitu pula dengan Pangeran Permaisuri yang sedang menuruni tangga di belakangnya. Semua orang di halaman itu diam-diam memahami bahwa masalah di antara keduanya belum terselesaikan.
Jika tidak, Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri yang akhir-akhir ini begitu dekat, tidak akan memberi jarak satu sama lain, bahkan Pangeran Permaisuri yang selalu mengalah tampak menemui jalan buntu.
Yang Jungwon memejamkan matanya sejenak sebelum berkata, "Selagi menunggu para pengurus membersihkan Istana Khusus Raja, Yang Mulia bisa beristirahat di tempatku."
Tatapan Jongseong sulit diartikan. Di satu sisi ada jejak kemerahan di matanya, memberi ilusi bahwa Raja yang paling ditakuti ini baru saja melewati situasi emosional hingga menumpahkan air matanya. Namun, di sisi lain sorot matanya tampak dingin.
Kali ini, Yang Jungwon benar-benar tidak memahami apa yang suaminya rasakan. Jejak kasih sayang di antara mereka masih hangat, tetapi begitu Jongseong menginjakkan kakinya di luar kediaman, sosok yang semula mengungkapkan rasa cinta hingga berani bersumpah padanya itu seolah-olah lenyap.
Tidak mendapati jawaban, Yang Jungwon lantas kembali memanggil "... Yang Mulia?"
Pupil Park Jongseong menunjukkan sedikit getaran, tanda bahwa dia baru saja terbangun setelah tenggelam dalam pikirannya.
"Jauhkan semua orang dari kediamanmu," Park Jongseong berkata dengan pandangan lurus, sama sekali tidak menatap atau melirik Yang Jungwon, "Masih ada banyak hal yang perlu kuluruskan. Jika ada seorang pun yang berani mendekat, aku tidak ragu untuk memotong telinga mereka."
Tubuh para pengurus kediaman gemetaran. Mereka telah bersujud di antara lapisan salju untuk waktu yang lama hingga hampir membeku. Namun, ketakutan mereka tidak sebesar ketika mereka mendengar ancaman ini.
Huin dan dayang dari Kediaman Baginda Raja hanya bisa membungkuk sembari menyaksikan Raja mereka meninggalkan kediamannya sendiri. Lee Sunghoon yang biasanya mengikuti Raja pun, kini hanya bisa terpaku di tempatnya.
Kepulan asap muncul ketika Jungwon berbicara, "Dengarkan kata-kata Baginda Raja. Jangan sampai kalian melakukan suatu hal yang menyulut emosinya."
Seluruh Huin dan Dayang menjawab serempak "Baik, Yang Mulia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...