Pembunuhan berencana terhadap Pangeran Permaisuri didasarkan atas dendam dayang Haeyong terhadap Baginda Raja. Semua orang tahu bahwa masalah ini berawal dari Shim Shugeun yang memiliki dendam pribadi. Sebagai kepala dapur istana, Shim Shuguen memang sering berinteraksi dengan mendiang Pangeran Permaisuri Jihoon karena beliau mengurus hal-hal yang bersangkutan dengan istana dalam.
Bertahun-tahun lalu, Pangeran Permaisuri Jihoon jatuh sakit. Dia tidak memiliki nafsu makan terhadap apapun sehingga kondisinya semakin memburuk. Hari itu Shim Shugeun bolak-balik dari dapur ke Istana Khusus Pangeran Permaisuri hanya untuk membawakan makanan baru dengan harapan dapat menggugah selera Pangeran Permaisuri Jihoon.
Namun, siapa sangka Kim Jihoon yang biasanya selalu terlihat tenang dan terkendali, tiba-tiba saja mengeluarkan bentakan menggelegar yang terdengar sampai ke luar halaman. Ketika seorang Huin dan satu dayang bergegas masuk untuk memeriksa, lantai kayu telah dikotori oleh pecahan piring dan masakan yang berhamburan ke segala arah. Bau menyengat dari rempah-rempah membuat Kim Jihoon semakin marah.
"APA KAU TULI?! SUDAH KUBILANG AKU TAK INGIN MAKAN! BERANINYA KAU BERSIKAP KURANG AJAR PADAKU! ENYAH KAU!"
Di depan Shim Shugeun yang bersujud ketakutan, di hadapan Huin dan dayang di kediamannya, Kim Jihoon lalu mengkritik tentang seberapa buruk masakan Shim Shugeun, menghina betapa tak layak masakannya hingga membuatnya tak memiliki minat bahkan untuk sekedar menghirup aromanya.
Bagi seorang ahli masakan seperti Shim Shugeun, hal itu jelas penghinaan besar, apalagi Kim Jihoon berkata dengan suara keras.
Putra Mahkota datang sekitar satu jam kemudian. Dia masuk bersama Huin Goongmin yang membawakan nampan dengan sebuah mangkuk di atasnya. Ketika Shim Shugeun dan Huin Goongmin saling berpapasan di ambang pintu, Shim Shugeun melirik mangkuk berisi bubur abalone itu. Tampaknya baru saja selesai di masak. Kepulan asapnya bahkan meninggalkan jejak di udara.
Lalu Shim Shugeun mendengar suara cemas Putra Mahkota, "Appa, aku membuatkan bubur untukmu. Ini satu-satunya hal yang bisa kumasak setelah belajar seharian bersama selir ke-3. Kuharap setidaknya Appa mau menelan satu suap untuk mengapresiasi kerja keras putramu."
Pengurus kediaman Pangeran Permaisuri baru bisa merasa tenang setelah Putra Mahkota datang. Namun, di sisi lain kinerja Dapur Istana dicap jelek setelah kejadian itu. Kepala Dapur Istana, yaitu Shim Shugeun, dinilai sebagai penyebab dari memburuknya reputasi Dapur Istana. Shim Shugeun lalu membalas dendam dengan menuangkan racun ke dalam teh Pangeran Permaisuri hingga membuat organ internalnya rusak.
Introgator bertanya,"Mengapa kau memilih membunuh Pangeran Permaisuri? Pada saat itu Baginda Raja bahkan belum menikahi Pangeran Permaisuri!"
Dayang Haeyong menggertakkan gigi. Air matanya menetes membasahi pipi. Dia diikat di sebuah kursi, tidak bisa melakukan apapun selain berbicara, "Untuk membuatnya memahami apa arti dari rasa sakit ketika kau kehilangan orang yang kau cintai!"
Park Jongseong duduk di kursi tertinggi, menyaksikan pengadilan dengan wajah gelap. Dia terlihat seperti elang yang siap mencakar ubun-ubun dayang Haeyong hingga kepalanya rusak. Namun, begitu dia mendengar kata-kata kehilangan 'orang yang kau cintai,' mata Jongseong seketika berkilat.
"Lancang sekali kau!" telunjuk Kim Namjoon mengarah pada Haeyong, "Pangeran Permaisuri sama sekali tidak bersalah! mengapa-"
Dayang Haeyong berteriak histeris, "Shim Shugeun juga tidak bersalah! Lalu mengapa kalian semua menekannya?! Hari itu Shim Shugeun pergi sendiri ke Istana Khusus Pangeran Permaisuri dengan membawa teh herbal berkualitas tinggi untuk menebus kesalahannya dan untuk meminta maaf pada Yang Mulia Pangeran Permaisuri!"
"Jika dia memang berniat membunuh Pangeran Permaisuri, buat apa dia mendatangi Yang Mulia langsung?! Dia bisa saja menyuruh seseorang lalu kabur dari negeri ini! Buat apa dia berdiam seperti orang tolol menunggu untuk ditangkap?! Jelaskan padaku-Akh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...