Bagi Pangeran Permaisuri, malam itu terasa seperti mimpi.
Harapan yang dia kubur jauh-jauh ke dalam dirinya muncul menjadi kenyataan.
Kesedihan yang menghantui dirinya selama bertahun-tahun mekar menjadi kebahagiaan.
Setelah delapan tahun, Park Jongseong akhirnya berhenti melangkah dan memutar badan, kemudian berlari untuk mengikis jarak yang ada di antara dirinya dan Pendampingnya.
Dan setelah delapan tahun, Park Jongseong memilih untuk mempercayai Pangeran Permaisuri, jiwa rapuh yang tak pernah berpaling sedikitpun darinya.
Istana masih terasa dingin, tetapi Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri mencoba mengabaikan hal itu dan memilih untuk saling merengkuh sepanjang malam; berbagi kehangatan satu sama lain.
Dalam tidurnya, mereka berdua tersenyum seolah-olah telah melepas beban yang telah membelenggu mereka selama bertahun-tahun.
Bagi Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri, malam itu adalah malam terdamai yang pernah mereka lalui.
Yang Jungwon terbangun karena mencium aroma makanan laut. Itu seperti campuran antara aroma rumput laut dengan kerang panggang. Jungwon menoleh linglung ke segala arah ketika tidak menemukan Baginda Raja di sisinya.
Tangannya meraba ruang kosong di sebelahnya. Sisi kasur itu terasa dingin, menandakan bahwa Jongseong telah pergi cukup lama.
Hidung Jungwon mengerut-ngerut seperti kelinci. Dia berdiri kemudian berjalan perlahan-lahan dengan menggunakan tembok sebagai tumpuannya, menuju sumber aroma makanan itu berada.
Ada meja baru di sisi lain kamar tidur Baginda Raja. Mungkin menggantikan meja sebelumnya yang telah rusak. Di atasnya, ada dua porsi penuh bubur abalon yang dituangkan ke dalam mangkuk putih. Kepulan asap dari bubur itu menguar ke segala sudut.
Pangeran Permaisuri terlampau senang hingga melupakan kondisi kakinya. Dia tanpa sengaja melangkah dengan kakinya yang patah dan hampir saja membentur lantai jika saja Jongseong terlambat datang.
"Berhati-hatilah! Kenapa kau tidak meminta Huin di luar untuk membantumu berjalan?!"
Ketika Baginda Raja masuk ke dalam kamarnya, pemandangan Pangeran Permaisuri yang sedang menumpukan kedua tangannya di tembok langsung membuat wajah Penguasa Negeri Tanah Penunjang itu tegang.
Jongseong langsung berlari untuk memeluk perut Pendampingnya, mencegahnya agar tidak jatuh. Di sisi lain, Jungwon yang baru saja bangun terkejut mendengar teriakan tiba-tiba itu.
"Aku sudah menyuruh kalian untuk menjaga Pangeran Permaisuri selama aku pergi! Lantas apa yang kalian lakukan?! Pendampingku hampir celaka!"
Pengurus kediaman Istana Khusus Raja, termasuk Huin Goongmin dan pemimpinnya, yaitu Kepala Dayang, hanya mampu bersujud dengan perasaan bersalah.
Kata 'Enyah!' baru saja akan keluar sebelum Jungwon mencengkram ringan lengan Jongseong yang melingkari perutnya. Pangeran Permaisuri kemudian menggeleng pelan
Jongseong mendengus dengan wajah kesal.
Pangeran Permaisuri melongokan kepalanya dari balik pundak Jongseong, menatap para pengurus kediaman Raja yang tampak ketakutan, "Kalian pergilah."
"Baik, Yang Mulia," dengan dipimpin oleh Kepala Dayang, seluruh Huin dan para dayang lantas membubarkan diri.
"Makanan sudah tersedia di atas meja, tetapi Yang Mulia tidak ada di manapun," Jungwon mengalihkan topik, "Aku sempat mengira bahwa aku terlambat bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...