13

2.2K 384 94
                                    


"Raja telah kembali!"

Gerbang istana berupa pintu besi tinggi nan lebar itu terbuka sepenuhnya. Para prajurit bergegas berbaris rapih menyambut kedatangan pemimpin mereka dengan kepala tertunduk. Jongseong turun dari kudanya. Ia kemudian menyodorkan telapak tangannya—berniat membantu Jungwon turun dari atas kuda hitam gagah yang ia namai Gyun.

Kening Sang Raja mengernyit melihat Pangeran Permaisuri yang bergeming di atas Gyun dengan pandangan kosong. Jongseong seolah melihat raga tanpa jiwa dalam diri Pangeran Permaisuri. Entah dugaan Jongseong benar atau tidak, mata suaminya itu tampak kuyu. Jongseong tak bisa membaca raut pangeran Permaisuri lantaran sehelai kain yang masih menutupi setengah wajahnya.

"Pangeran Permaisuri," Jungwon tak merespon panggilan pertama dan kedua.

Kali ini suara Jongseong naik sedikit lebih keras, "Pangeran Permaisuri!"

Jungwon akhirnya tersentak. Lelaki itu menoleh linglung ke segala arah sebelum menyadari tatapan penuh keheranan milik suaminya.

"Sampai kapan kau akan duduk di sana?" tekan Jongseong.

Buru-buru Jungwon meraih tangan Jongseong yang sempat ia angguri. Gerakannya terlampau sembrono sekali.  Hampir saja tubuhnya membentur tanah jika saja Jongseong telat sedetik menangkap tubuhnya. 

"Pangeran Permasuri!" pekik Sunoo panik. Huin itu segera menghampiri Pangeran Permaisuri. Sorot matanya tampak cemas.

"Astaga, Yang Mulia!" Dayang Lim yang baru saja tiba langsung menyusul Sunoo. Jantungnya hampir copot karena terlampau terkejut.

"Berhati-hatilah pada tubuhmu," peringat Jongseong seraya membantu Jungwon berdiri. Jongseong menatap lekat sepasang mata bulat milik Pangeran Permaisuri, "Kau kehilangan fokus. Sepanjang jalan menuju istana juga kau lebih banyak diam. Apa ada sesuatu yang menganggumu?"

recommendation song
Ost Moon lovers, Will be back by Im SunHae

Jungwon menarik kain sutera di wajahnya. Kini, paras menawan Sang Pangeran Permaisuri tak lagi terhalangi. Para Prajurit tingkat rendah sontak menundukkan kepala. Hanya orang-orang di istana dalam yang memiliki anugerah untuk melihat wajah pasangan Raja tersebut.

Lesung pipi Jungwon muncul begitu dirinya tersenyum. Jungwon menggeleng pelan, "Maafkan sikapku yang telah membuatmu khawatir, Yang Mulia. Pikiranku terus tertuju pada kaum terpelajar. Mereka adalah tanggung jawabku. Aku yang mengirim mereka ke Sonjang. Bagaimana jika semuanya tidak berjalan dengan semestinya—"

Ucapan Jungwon terhenti ketika ia merasakan kehangatan yang menyelimuti tangannya. Teksturnya cukup kasar. Hasil dari berlatih menggunakan pedang, tombak, dan senjata istana lainnya yang harus dikuasai oleh seorang Raja.

Park Jongseong. Pria dewasa itu mengenggam tangan Jungwon. Menyatukan sela-sela jemari mereka hingga menempel sempurna. Jongseong menunduk mensejajarkan wajah mereka.

"Bukan hanya kau," tatapannya melembut, "Mereka adalah tanggung jawabku juga, Pendampingku."

Angin berembus kencang setelahnya, bersamaan dengan jantung Jungwon yang memompa cepat. Rambut lelaki itu berkibar—sebagian besar mengenai wajah suaminya. Helaian sehitam jelaga itu menyapu pipi Jongseong. Dan lelaki bermarga Park itu tampak tak terganggu sedikitpun. Matanya malah terpejam, menikmati semerbak aroma bunga yang menguar dari sela-sela rambut Jungwon.

Mata Jungwon terasa perih. Sepasang netra itu pun berkaca-kaca. Dia bahagia. Sangat bahagia karena Jongseong tidak pernah menatapnya selembut ini dengan tutur kata yang amat lembut pula. Jungwon bertanya-tanya dalam hatinya, beginikah rasanya berbagi beban bersama pendamping hidup? Beginikah rasanya menjadi seorang Pangeran Permaisuri dari Raja yang ia tetapkan sebagai orang paling angkuh di dunia?

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang