Membawa lipatan pakaian, dayang Lim kemudian membuka pintu kamar Pangeran Permaisuri. Dia tertegun ketika tidak menemukan siapapun di dalam sana. Kursi roda yang biasanya ada di sudut ruangan juga menghilang ...
Sebelumnya dia pergi sebentar ke Paviliun Menjahit untuk mengambil jubah Pangeran Permaisuri yang telah selesai dibuat setelah dua bulan menunggu. Sesuai pesanan, Pangeran Permaisuri ingin jubah baru miliknya memiliki dasar warna merah gelap. Terdapat tambahan foil emas dengan motif kupu-kupu dan anggur yang memiliki makna keluarga sehat dan bahagia.
Tadinya, dayang Lim ingin menyuruh Huin Sunoo, tetapi Pangeran Permaisuri telah lebih dulu menyuruh anak itu untuk menyisir rambutnya. Tak punya pilihan, akhirnya dayang Lim pergi sendiri. Sebenarnya, dia bisa saja menyuruh dayang lain, tetapi dia ingin memastikan dulu apakah terdapat kesalahan dalam pembuatan pakaian. Jika memang ada, dayang Lim bisa langsung mengoreksinya di tempat.
Setelah memastikan bahwa tidak ada masalah baik dari segi jahitan ataupun bordiran, dayang Lim kemudian meninggalkan Paviliun Menjahit dengan puas. Dia ingin buru-buru meminta Pangeran Permaisuri untuk mencoba pakaian barunya. Yang Mulia pasti akan terlihat sangat menawan dengan warna pakaian baru.
Namun, kenyataan di depannya ini membuat semangat dayang Lim luruh seketika.
"Di mana Pangeran Permaisuri? Kalian membiarkannya keluar pada malam musim gugur?"
Salah satu dayang kecil menjawab, "Nyonya, Pangeran Permaisuri pergi bersama Baginda Raja. Huin Sunoo juga ada bersama mereka."
"Kau tidak bertanya ke mana mereka akan pergi?!" Dayang Lim berkacak pinggang, merasa kesal, "Mengapa selalu aku yang ditinggalkan sendiri?!"
Dayang kecil yang kena semprot buru-buru menyerahkan sepucuk surat, "Huin Sunoo menitipkan ini padaku. Nyonya, aku permisi dulu."
Pangeran Permaisuri diculik. Aku akan bekerja keras untuk membawanya pulang dan membawakanmu bakpau!
Gulungan kertas itu diremas-remas hingga menjadi tak berbentuk. Dayang Lim kemudian mengutuk, "Bekerja keras apanya?! Sudah jelas kau bersenang-senang!"
Nun jauh di bagian luar benteng kerajaan, Huin Sunoo yang sedang berjalan mendadak merasakan dengungan di telinganya. Laki-laki itu lalu menggosok-gosok telinganya kasar.
Berdiri di sebelahnya, Lee Sunghoon langsung bergerak cepat menarik tangan Huin Sunoo. Seperti biasa, nada suaranya datar dan acuh tak acuh, "Ada apa? Jangan menggosok begitu keras."
Huin Sunoo menarik tangannya, membuat pegangan itu terlepas. Lee Sunghoon diam-diam menyembunyikan tangannya di belakang punggung. Gerak tubuhnya berubah menjadi canggung. Namun, itu tidak mempengaruhi wajah datarnya.
"Baru saja aku mendengar dayang Lim mengutuk di telingaku," Huin Sunoo menumbuhkan senyum konyol, "Dia pasti kesal karena tidak bisa keluar istana. Aku bisa membayangkan wajahnya! Hahaha!
Mendengar jawaban konyol Huin Sunoo, Lee Sunghoon hanya bisa mendengus, "Kau dan Jaeyun jarang bertemu, tetapi mengapa kau sudah memiliki delapan puluh persen dari sikap tidak terpujinya? Kau sangat payah dalam memilih teman."
Mood Sunoo langsung turun dengan cepat hingga mencapai minus 30. Tanpa mempertimbangkan pangkat tinggi Lee Sunghoon, Huin Sunoo menendang tulang keringnya. Kemudian, laki-laki berwajah menawan itu meninggalkan Panglima yang kesakitan di belakang sana, memilih menyusul Raja dan Pangeran Permaisuri.
Sampai sana, dia mendengar keluhan Baginda Raja.
"Aku sudah memintamu untuk berpakaian se-sederhana mungkin," Jongseong berkata sembari mendorong kursi roda, "Tetapi mengapa kau tidak menurut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...