Bola mata Jung Sangwook melebar.
Park Jongseong mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Urat di samping lehernya menonjol, rahangnnya mengeras. Giginya bergemelatuk sementara ujung matanya mulai memerah karena marah.
Seluruh tubuh Park Jongseong bergetar karena marah. Dia menampar permukaan meja dengan keras, "Selama ini, aku telah buta karena membiarkannya 'melihat' Pendampingku di belakang punggungku sendiri. Aku tidak akan membiarkannya menyukai Pangeran Permaisuri lebih lama lagi!"
Membayangkan bagaimana Pangeran Heeseung selalu berada di sisi Yang Jungwon dari awal dia masuk ke istana ini sebagai Pangeran Pendamping benar-benar membuatnya ingin membunuh Pangeran Kedua dengan tangannya sendiri.
Dengan gerakan kaku, Jung Sangwook menundukkan kepalanya, "Baginda Raja, hamba memahami kegelisahan Anda, tetapi ... bagaimana Baginda Raja akan menjelaskan hal ini pada Pangeran Permaisuri?"
"Tidak perlu menjelaskan apapun. Ketika Pangeran Permaisuri mengetahui hal ini, keputusan Pengadilan sudah bulat dan hanya perlu menghitung hari sampai Pangeran Kedua dihukum gantung."
Pranggg!!
Sebuah porselen putih membentur lantai kayu dan pecah berkeping-keping, menimbulkan suara yang memekikkan telinga. Namun, sebagai orang yang menyenggol jatuh porselen tersebut, Pangeran Permaisuri hanya berdiri diam; jantungnya berdebar-debar dan hatinya mendadak tak tenang.
"Yang Mulia! Yang Mulia!" Dayang Lim berlari masuk ke kamar Pangeran Permaisuri. Matanya langsung tertuju pada serpihan beling di dekat kaki Pangeran Permaisuri, "Ya Tuhann! Pangeran Permaisuri, apakah Anda baik-baik saja?!"
Yang Jungwon bergeming selama pecaham di sekitar kakinya dibersihan. Keterdiamannya membuat para pengurus kediaman kwahatir dan mereka lebih khawatir lagi ketika Pangeran Permaisuri tiba-tiba saja menumpukkan kedua tangannya pada lemari di sebelahnya, terlihat seolah-olah akan limblung.
"Yang Mulia!" Huin Sunoo dan dua huin lain langsung bergerak cepat membopong Pangeran Permaisuri menuju ranjang. Seluruh pengurus inti kediaman Pangeran Permaisuri telah mengetahui kehamilan Pangeran Permaisuri, jadi mereka melayaninya dengan ekstra hati-hati.
Hanya saja, pecahnya porselen kali ini benar-benar di luar perkiraan. Karena takut kejadian ini terulang, dayang Lim kemudian memerintahkan semua orang untuk memindahkan barang-barang mudah pecah ke tempat lain.
"Firasatku tidak enak," Pangeran Permaisuri menekan dadanya kuat-kuat. Dia lalu mendongak menatap langit-langit kamar, termenung lagi selama beberapa saat.
Huin Sunoo mengambil kedua tangan Pangeran Permaisuri dan mengelusnya; berusaha menenangkan, "Yang Mulia, tolong jangan bebani pikiranmu dengan hal-hal yang tidak pasti. Ini tidak baik untuk kesehatan Yang Mulia dan calon pewaris."
Pangeran Permaisuri memicingkan matanya, entah kenapa dia tiba-tiba merasa curiga, "Apakah kalian menyembunyikan sesuatu dariku?"
Seketika tubuh huin Sunoo dan dayang Lim menegang. Ekspresi mereka tidak luput dari tatapan Yang Jungwon; membuktikan bahwa memang ada hal yang mereka sembunyikan.
"Katakan," Yang Jungwon menuntut dengan tenang, tanpa emosi, tetapi itu tetap memberikan efek yang membuat huin Sunoo dan dayang Lim tidak nyaman.
"Sebenarnya," dayang Lim membungkukkan tubuhnya merasa bersalah, "Semalam Baginda Raja muntah-muntah dan pada hari ini, Baginda Raja menunda Pengadilan selama dua jam. K-kami tidak memberitahukan hal ini pada Yang Mulia karena Baginda Raja tidak ingin membuat Yang Mulia khawatir."
"Muntah-muntah?" ekspresi Jungwon berubah khawatir. Dia merasa bahwa hal inilah yang membuat perasaannya menjadi tidak nyaman, tetapi mengapa di sisi lain dia juga merasa tak yakin?, "Apakah seseorang meracuni Baginda Raja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
Fiksi PenggemarPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...