70

1K 113 1
                                    

Yang Jungwon telah menerima kabar mengenai kematian Jiurong Suan.

Membunuh Pangeran Kedua di hari ketika dia meninggalkan Sonjang merupakan saat-saat yang paling tepat. Orang yang merancanakan skema ini dibalik layar mungkin akan menyalahkan bandit gunung atau sekelompok pencuri.

Pangeran Heeseung berhasil lolos dari kematian, tetapi sebagai gantinya orang yang memegang peranan tak kalah penting---Jiurong Suan---terbunuh.

Pangeran Permaisuri tak habis pikir. Identitas Jiurong Suan dan Jiurong Jaeyun hanyalah tabib biasa. Mengapa mereka lebih gencar membunuh orang di luar target??

Tetapi menilai dari jumlah prajurit yang tewas, kemungkinan kedua keturunan Jiurong itu dijadikan umpan untuk menarik perhatian Park Heeseung.

"Aku belum bisa mengatakan apapun padamu."

Pangeran Permaisuri menemui Baginda Raja pada siang hari tepat setelah berita kematian Tuan Suan  menyebar di ibu kota. Dia datang tanpa membawa argumen apapun. Hanya duduk dan memandang lurus ke arah Park Jongseong

Meskipun demikian, Park Jongseong memahami tujuan dari kedatangan Pendampingnya. Dia meminta penjelasan.

Setelah keheningan yang cukup lama, suara berat Park Jongseong akhirnya muncul, "Aku belum bisa memberikan jawaban yang pasti."

Yang Jungwon memasang wajah terkendali seorang Pangeran Permaisuri, "Yang Mulia, Jiurong Jaeyun telah membantu kita dan tanpa kita ketahui, ayahnya, Jiurong Suan juga ikut membantu. Aku hanya ingin dia mendapatkan kematian yang adil."

Park Jongseong meletakkan kuasnya. Dia kemudian memandang Yang Jungwon dengan sorot lelah, "Pangeran Permaisuri, mari kita menunggu sampai para penjahat itu tiba di ibu kota untuk melalukan sesi introgasi. Kau tahu masalah ini juga membuat hubunganku dengan Panglima Lee manjadi canggung'bukan?"

"Yang Mulia," Pangeran Permaisuri memandang penuh arti, "Benarkah bukan tuan Jinseong penyebab dari masalah ini?"

Selain dia, siapa lagi orang yang memiliki ambisi untuk membunuh Pangeran Kedua? Jungwon benar-benar tidak bisa memikirkan orang lain. Ditambah lagi, ada rumor yang menyebutkan  bahwa Pangeran Heeseung akan menikah dengan wanita dari keluarga Menteri Peperangan.

Karena tidak bisa mendapatkan jawaban yang dia inginkan, maka Pangeran Permaisuri pun tidak memiliki alasan untuk menetap lebih lama. Dia segera pergi dari Aula Khusus Raja tanpa menonjolkan ekspresi apapun, membuat rasa pahit muncul di tenggorokan Park Jongseong.

Malam harinya, Park Jongseong mendatangi kediaman Pangeran Permaisuri. Bukannya melangkah masuk, dia malah berjalan ke halaman samping; memperhatikan siluet tubuh Pangeran Permaisuri dari balik jendela kertas.

"Umumkan kedatanganku," titah Jongseong.

Huin Goongmin membungkukkan tubuh dan segera pergi menuju tangga kediaman. Dia tidak menyadari bahwa di belakangnya, Sang Raja sebenarnya tidak mengikutinya,  melainkan masih berdiam diri di tempat semula.

Samar-samar, Jongseong mendengar suara penjaga pintu yang mengumumkan kehadirannya. Setelah itu, siluet Pangeran Permaisuri menghilang, disusul cahaya lilin yang ikut lenyap.

Kamar Pangeran Permaisuri berubah menjadi gelap, seolah-olah ingin memberitahu semua orang bahwa penghuninya telah terlelap.

Sederet kalimat muncul di kepala Park Jongseong.

Yang Jungwon tidak ingin menemuinya.

Dayang Lim tersenyum kaku. Keringat sebiji jagung meluncur dari pelipisnya. Dia berkata takut-takut, "B-Baginda Raja, Pangeran Permaisuri telah tidur."

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang