05

2.5K 420 12
                                    

I suggest you to play the bgm.
Happy reading.





Jongseong terlahir dengan darah bangsawan agung. Sejak kecil, ia sudah dilatih untuk selalu menegakkan dagunya. Tidak merasa segan atau takut siapapun karena dia adalah seorang Putra Mahkota. Anak laki-laki yang suatu saat nanti akan mewarisi tahta ayahnya.

Apa itu rasa takut? Suatu hari Jongseong bertanya pada Pangeran Permaisuri Jihoon. Jongseong hanyalah anak ingusan kala itu meskipun ia sudah diangkat menjadi Putra Mahkota. Jihoon tersenyum tipis.

'Kau akan tahu suatu hari nanti, nak'

Ketimbang memberikan jawaban pasti, Jihoon lebih memilih membiarkan waktu untuk mengungkap segala bentuk pertanyaan di kepala Jongseong tentang 'rasa takut'. Namun, Jongseong tidak menyangka jika Sang waktu akan menjawabnya lebih cepat dari yang ia duga.

Dari dinding ke dinding, tangisan para dayang istana saling memantul di setiap sudut kediaman Pangeran Permaisuri Jihoon. Beberapa meter di hadapan Jongseong, Appanya tergeletak dengan darah yang keluar dari mulutnya. Jongseong tidak dapat berpikir jernih. Ia terdiam seribu bahasa membiarkan rasa sesak menyeruak di dalam dada hingga membuatnya kesulitan bernapas.

"Appa ..." lirih Jongseong. Tapakannya pada lantai kayu melemah. Beberapa saat kemudian, ia berteriak lantang tak peduli jika tenggorokannya terasa sakit, "APPA!"

Tangannya bergetar hebat ketika meletakkan kepala Jihoon kepangkuannya. Sorot mata Jongseong tampak putus asa.

Jihoon menatap lurus. Kesadarannya hampir lenyap. Namun, entah kenapa teriakan putranya seolah memberikan tenaga terakhir baginya untuk menatap sepasang netra Putra Mahkota yang tampak kuyu dan mulai digenangi air mata.

Jongseong terisak-isak. Ia tak sanggup melihat kondisi appanya.

"Putraku," panggil Jihoon. Suaranya nyaris tak terdengar. Ia tersenyum lemah sembari membelai pipi anaknya, "Apapun yang terjadi ... kau harus menjadi Raja. Tolong jangan sia-siakan kepergianku ..."

Jongseong menangis pilu begitu Jihoon menyelesaikan ucapannya. Kedua kelopak matanya tertutup bersamaan dengan napas terakhir yang ia embuskan. Hari itu, untuk pertama kalinya Jongseong mengetahui arti dari rasa takut setelah kehilangan seseorang yang amat dia cintai.

•••

"Haah!"

Jongseong tersentak dalam tidurnya. Laki-laki itu bangkit secara agresif dan langsung merasakan pusing yang seketika menyerang bagian kepala. Jongseong mengerang. Keringat lelaki itu bercucuran deras. Napasnya tersenggal-sengal seperti habis berlarian.

Untuk kesekian kalinya, mimpi itu kembali muncul. Ini membuatnya resah. Di antara kenangan-kenangan indah bersama mendiang Appanya, mengapa mimpi buruk itu terus menghantuinya?

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang