79

1.3K 143 71
                                    

Saat pintu pengadilan terbuka, semua mata tertuju pada Pangeran Heeseung.

Dia tampak menyedihkan; darah merembes dari beberapa titik pakaiannya. Rambutnya tampak tak terurus, kulit kakinya memerah dan lecet. Semua  orang mendadak lupa bagaimana penampilan Agung Pangeran Heeseung sebelum masalah ini terjadi.

Wibawanya sebagai seorang Pangeran telah menghilang. Setidaknya itulah yang dipikirkan para pejabat.

Hanya Jung Hoseok dan antek-anteknya yang berani memberikan tatapan kecewa. Dia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tetapi tertahan oleh kedatangan Baginda Raja bersama Pangeran Permaisuri yang mengikuti dari belakang.

Mereka menyambut Baginda Raja dan Pangeran Permaisuri dengan membungkuk hormat, sementara di depan sana---di bawah singgasana yang Agung, Pangeran Heeseung bersujud terus menerus.

Pangeran Permaisuri memalingkan wajahnya, tak sanggup melihat penampilan Pangeran Heeseung lebih lama lagi. Pegangannya pada lengan Dayang Lim menguat

Dayang Lim mengusap lembut lengan Pangeran Permaisuri, mencoba memberi kekuatan melalui gerakannya.

Wanita itu menuntun Pangeran Permaisuri hingga duduk di singgasana teratas, di samping Park Jongseong.

Jangan tanya bagaimana Park Jongseong bersikap. Dia bahkan tidak mengulurkan tangannya untuk membantu Pendampingnya yang sedang mengandung.

Adegan itu tertangkap oleh sepasang mata rusa milik Pangeran Heeseung. Dia terlihat menunduk, tetapi sebenarnya dia melihat segalanya dibalik rambutnya yang panjang.

Detik itu juga, kedua tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Kim Jinseong melihat itu dan berpikir bahwa dia ketakutan.

Siapa yang tidak merasa ketakutan jika kau akan mati karena cinta? Bukan hanya kau tidak akan mendapatkan cinta itu, kau bahkan akan menerima kebencian yang pahit.

Sementara itu, di sudut singgasana yang gelap karena tertutup oleh bayangan pilar, Jung Sangwook memusatkan pandangannya pada Pangeran Heeseung.

Anak buahnya berkata bahwa Pangeran Permaisuri ditampar dan Pangeran Heeseung dengan sembrononya berani memperingatkan Sang Raja.

Dia tidak pernah mengharapkan Baginda Raja akan menampar Pangeran Permaisuri, secara mereka berdua adalah pasangan yang saling mencintai. Selain itu, Raja juga sangat menghargainya akhir-akhi ini.

Tatapan Jung Sangwook mengarah lurus ke depan sebelum berakhir pada Pangeran Heeseung lagi.

Jika sampai kejadian hari ini tidak membangkitkan api keinginan dalam diri Pangeran Kedua, maka dia adalah orang paling bodoh di dunia.

Park Jongseong menoleh, memberi lirikan penuh isyarat pada Penasihatnya. Jung Sangwook mengangguk lalu mengambil sebuah gulungan dan membentangkannya lebar-lebar. Kemudian dia membacakannya lantang---

"Pangeran Kedua, Pangeran Park Heeseung telah berani melakukan dosa besar yang mempermalukan Keluarga Kerajaan, yaitu menaruh perasaan pada Pangeran Permaisuri. Selama bertahun-tahun, Pangeran Kedua menyukai Pendamping milik Raja secara sadar, terbukti dengan lembaran surat dengan cinta yang tersirat dalam tiap bait puisi."

Jung Sangwook menurunkan kertas di tangannya untuk memberi tatapan penuh penuntutan pada Pangeran Heeseung, "Pangeran Heeseung, apakah kau mengakui dosa besar yang telah kau lakukan?'

Di atas singgasana, Yang Jungwon memperhatikan Pangeran Heeseung dengan mata memerah berkaca-kaca. Jika dia bisa, dia ingin sekali memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, tetapi dia terpaksa mengontrol emosinya di hadapan Pengadilan sebagai seorang Pendamping Raja.

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang