NSFW! Chapter ini berisi adegan yang tidak cocok dibaca untuk anak dibawah umur ... ya ... walaupun sebagian besar emang ga cocok si ya soalnya banyak adegan pembantaian😓
•
•
•
Pangeran Heeseung menoleh antusias ketika mendengar suara pintu terbuka. Dia kira kakaknya sudah kembali, tetapi presensi laki-laki dengan rambut keemasan mematahkan harapannya.
"Jaeyun? Apa yang kau lakukan di sini?"
Jiurong Jaeyun tersenyum kekanakan sebelum menghampiri Pangeran Heeseung. Suasana hati anak itu sangat cepat berubah. Saat dayang Haeyong meninggal, Heeseung mendengar kabar bahwa dia mengunci diri di kamar. Kemudian, ketika Lee Suyeon akan dikirim ke perbatasan, dia tidak mau makan dan hanya menangis tanpa henti.
Pangeran Heeseung penasaran, apa yang membuatnya bahagia hari ini?
Jiurong Jaeyun tanpa mempertimbangkan sopan santun; dia berjongkok di hadapan Pangeran Heeseung. Posisi itu membuat rambut panjangnya yang tergerai dan bergelombang menyentuh permukaan lantai.
Dia sangat imut ... Pangeran Heeseung tersenyum kecil.
"Apa aku tidak boleh datang ke sini?" Jiurong Jaeyun mengerucutkan bibir.
Pangeran Heeseung menjawab lembut, "Ini kediaman Baginda Raja."
"Bukannya aku tak tahu, tetapi Raja sedang tidak ada."
"Jadi kau datang ke sini karena tahu Baginda Raja sedang tidak ada? Apa yang kau butuhkan?"
Jiurong Jaeyun mengerutkan kening, tampak seperti sedang berpikir keras, padahal jawaban yang dia keluarkan sangat sederhana, "Tidak butuh apa-apa. Aku kesini karena tahu kau ada di sini."
Telunjuk Pangeran Heeseung bergerak membenarkan letak batu permata yang menggantung miring di kening Jiurong Jaeyun. Tubuhnya sedikit condong ke depan, membuat Jaeyun bisa merasakan napas hangat Pangeran Heeseung yang menerpa ujung hidungnya.
Semburat merah muncul di pipi Jiurong Jaeyun. Anak itu terpesona dan tanpa sadar terus memperhatikan wajah Pangeran Heeseung hingga si empunya menyadari hal itu.
Pangeran Heeseung memiringkan kepalanya bingung. Dia sering melihat tatapan semacam itu dari gadis-gadis maupun laki-laki yang lewat di depannya. Hyunjin berkata, itu karena dia terlalu tampan, tetapi Pangeran Heeseung tidak percaya dan mengaggapnya sebagai omong kosong.
Dan kali ini, dia mendapati tatapan yang sama dari Jiurong Jaeyun. Mau tak mau dia sedikit merasa bingung.
Itu karena klan Jiurong terkenal sebagai ras yang mempertahankan kecantikan secara turun-temurun. Jiurong Jaeyun pasti sering bergaul dengan orang-orang satu rasnya yang dua kali lipat lebih memesona dari dirinya, tetapi mengapa dia menatapnya begitu?
Jiurong Jaeyun tiba-tiba bertanya di luar topik. Dia terlihat setengah malu-malu dan setengah tidak tahu malu, "Apakah aku ... cantik?"
Saking malunya, suara yang dia keluarkan menjadi lirih sehingga Heeseung tidak mendengar kata 'aku' dalam pertanyaannya. Jika Lee Sunghoon ada di sekitar sini dan melihat kelakuan Jiurong Jaeyun, pria dewasa itu akan menyeret pamannya ke balai penyembuhan penyakit jiwa.
Pertanyaan Jiurong Jaeyun di luar dugaan. Heeseung terdiam sejenak sebelum menjawab dengan anggukan kaku, "Tentu saja cantik. Sangat cantik."
Senyum puas muncul di wajah Jiurong Jaeyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
Fiksi PenggemarPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...