Pangeran Permaisuri duduk di sebelah Jongseong, duduk di atas kursi kebesaran yang sebenarnya cukup untuk tiga orang. Melihat mereka berdua, Kim Jinseong merasakan perasaan rumit. Berbanding terbalik dengan Kim Namjoon yang justru senang.
Ah, ada juga Menteri Perpajakan Jung Hoseok. Wajahnya terlihat berganti warna antara ungu dan hijau. Jelas panik mendengar masalah yang tiba-tiba menimpa Paduka Agung. Perasaan senang merayap hati Pangeran Permaisuri ketika dia melihat ekspresi tidak sedap Jung Hoseok dan Paduka Agung.
"Yang Mulia Pangeran Permaisuri " Jung Hoseok berbicara, "Kau telah melaporkan Paduka Agung dan membawanya ke Aula Majelis Rapat untuk diadili. Jika kau mempertimbangkan kehormatannya sebagai Mertua Kerajaan sekaligus Appa dari Baginda Raja, kau pasti akan memilih jalan untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan, bukan terbuka seperti ini."
"Menteri Jung Hoseok benar," Pejabat dari Kementrian Adat berada di pihaknya, "Yang Mulia tidak menghormati Paduka Agung. Takutnya, ini membawa pengaruh buruk untuk rakyat. Bagaimana jika mereka menirumu dan berlaku tidak sopan pada mertua mereka sendiri?"
"Lagipula, niat Paduka Agung sangat baik. Dia khawatir terhadap kesehatan Pangeran Permaisuri, tetapi tidak disangka," Pejabat lain mendecih, "Yang Mulia Pangeran Permaisuri malah memandangnya sebelah mata."
Baginda Raja menyangga kepalanya menggunakan buku jari; mendengarkan ocehan itu dengan dengusan dingin, "Ironis sekali. Kalian khawatir rakyat kecil akan mengikuti Pangeran Permaisuri, tetapi mengapa kalian tidak peduli dengan martabat kalian sendiri? Jika orang-orang di luar istana mendengar perkataan kalian barusan, mereka akan menganggap bahwa kalian sedang berusaha melindungi orang yang bersalah."
"Kita tidak tahu sudah berapa lama Paduka Agung menempatkan mata-matanya di Kediaman Pangeran Permaisuri. Perilakunya ini jelas salah. Yang Mulia Paduka Agung telah melanggar etika dasar, bahkan meskipun kau sangat antusias menunggu keturunanku ..."
Jongseong memberi jeda, memberikan senyum mengejek pada Paduka Agung sebelum melanjutkan, "Kau tidak boleh bertindak kelewatan. Takutnya, niat baikmu malah disalahartikan dan bisa saja mertua-mertua lainnya di Tanah Penunjang menirumu sebagai dalih untuk melakukan perbuatan yang tercela."
Yang Jungwon berkata tenang terkendali. Tidak terburu-buru, juga tidak panik atau takut karena merasa tersudutkan, "Fokus masalah ini adalah dari mana Paduka Agung tahu aku dan Baginda Raja 'berbagi satu selimut yang sama' kemarin malam?"
Mendengar penjelasan ini, beberapa Pejabat Kerajaan langsung mengalihkan wajahnya dan terbatuk-batuk tidak nyaman.
Pangeran Permaisuri melanjutkan, "Kalian yang mendengarnya pun merasa malu. Aku tidak tahu apakah Paduka Agung terlalu khawatir terhadapku atau bagaimana, tetapi dari pada repot-repot menaruh mata-mata di kediamanku, bukankah Yang Mulia Paduka Agung bisa langsung bertanya padaku jika dia memang sangat ingin memantau urusan rumah tanggaku dengan Baginda Raja?"
Paduka Agung mengepalkan tangannya marah. Pangeran Permaisuri tidak memberinya kesempatan dan langsung menambahkan beberapa kalimat, "Yang Mulia, sudah delapan tahun, tetapi aku telah mengecewakanmu berkali-kali. Kemarin aku dan Baginda Raja sengaja melakukannya diam-diam, tidak mengikuti tanggal 'tidur' yang biasa diberikan oleh Kepala Perbintangan karena tidak ingin mengecewakanmu jika hasilnya tidak memuaskan."
"Namun, siapa sangka? Ternyata Paduka Agung telah lebih dulu mengetahui apa yang terjadi malam itu dan merasa terlalu senang sampai terburu-buru mengundang tabib untuk memeriksa kandunganku dengan dalih memeriksa kesehatanku."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...