51 [Book 2]

2.3K 240 91
                                    


Seorang ahli puisi pernah berkata, waktu mampu menyembuhkan luka, tetapi apakah waktu juga mampu meluruhkan perasaan?

Aku yang mencintaimu sangat menantikan jawaban itu. Namun, hingga saat ini, aku masih belum menemukan jawabannya.


Park Jongseong bangun pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari terbit. Dia menunduk, memperhatikan Pangeran Permaisuri yang tertidur lelap di sampingnya. Pipi gembul laki-laki itu menekan permukaan bantal, membuat wajahnya terlihat lucu dan menggemaskan. 

Mendudukan diri secara perlahan, jemari Jongseong kemudian bergerak menyampirkan anak rambut Jungwon yang menutupi keningnya. Park Jongseong lalu menunduk untuk mendaratkan kecupan di sana.

Senyum kecil muncul di bibir Jungwon setelah Jongseong menciumnya seolah-olah dia juga menerima ciuman itu di dalam mimpinya.

Ketika Jongseong menginjakkan kaki di luar kamar, dayang Lim dan Kepala dayang membungkukkan tubuh untuk menyambut Baginda Raja.

Berdiri di belakang dayang Lim, Huin Sunoo diam-diam curi pandang ke arah kamar. Dia berusaha melipat bibirnya karena tidak mampu menahan senyum.

"Aku akan pergi sebentar " Jongseong memakai jubah luarannya, "Jangan bangunkan Pangeran Permaisuri terlalu pagi. Biarkan dia beristirahat."

Setelah mengatakan itu, Park Jongseong kemudian meninggalkan kediaman Pangeran Permaisuri tanpa menyadari berbagai pasang mata  dari pengurus kediaman Pangeran Permaisuri yang menatapnya dengan pipi merona.

Dayang Lim mengernyit melihat bagaimana Huin Sunoo tersenyum, "Berhentilah tersenyum atau angin akan membuat gigimu kering."

Huin Sunoo mendecakkan lidah, "Nyonya! Kau harus berbahagia bersama kami! Penyempurnaan pernikahan adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Pangeran Permaisuri. Jika Yang Mulia tahu bahwa kau tidak mengharapkannya, dia pasti sedih."

Tatapan dayang Lim tertuju pada siluet Pangeran Permaisuri dari balik tirai. Wanita itu kemudian mendekat untuk menarik selimut hingga sebatas dada, memastikan Pangeran Permaisuri terlindungi dari angin musim gugur.

Napas Pangeran Permaisuri teratur; naik dan turun dengan tenang. Dayang Lim memperhatikan Pangeran Permaisuri sejenak dan merasakan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.

Berbeda dengan dayang Lim, Huin Sunoo malah melipir ke sudut yang menurutnya sangat mencurigakan, yaitu kursi roda. Dia mengendus-ngendus benda itu dari ujung ke ujung lalu tersentak ketika menghirup aroma musky yang kuat.

Huin Sunoo mengipasi wajahnya yang terasa panas. Tak lupa dia juga membersihkan benda bersejarah yang ada di hadapannya itu. Tangannya memang bekerja, tetapi pikiran laki-laki itu telah terpisah dari tubuhnya, berkelana membayangkan hal-hal tidak senonoh.

Dayang Lim menutup pintu kamar Pangeran Permaisuri lalu berkata, "Aku hanya khawatir pada Yang Mulia."

"Baginda Raja pasti mempertimbangkan hal ini. Apa lagi yang nyonya khawatirkan?" Huin Sunoo menghela, "Selama Pangeran Permaisuri bahagia, kita ada di sana untuk mendukungnya."

Di sisi lain, Kepala Dayang mengerutkan kening ketika Baginda Raja mengambil arah berlawanan dari Kediaman Utama Raja. Huin Goongmin menoleh pada wanita itu dan Kepala Dayang juga berbalik menatapnya. Mereka saling bertukar pandang dengan heran. Kepala Dayang baru saja ingin bertanya sebelum Baginda Raja tiba-tiba saja memberi perintah.

The Shadow ; jaywon auTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang