Seorang wanita tua menatap penuh harap plakat bertuliskan 'Kediaman Militer Lee' di hadapannya. Wanita itu merupakan dayang tua yang mengurus Pangeran Heeseung sejak kecil.
Dia melihat Pangeran Heeseung tumbuh dari tahun ke tahun dan tahu bahwa putra kedua Mendiang Raja tersebut memiliki hati yang baik.
Sangat baik ...
Dia berbeda dari appanya. Hatinya sejernih air laut di pegunungan, sejernih salju tanpa noda kotoran.
Tetapi, dia justru menerima hukuman yang berat karena berani mencintai apa yang merupakan milik Raja.
Pangeran Heeseung tidak pernah melewati batas 'menyukai' itu. Dia menghargai Pangeran Permaisuri seperti dulu, dia juga bukan berarti mengabaikan kakaknya sebagai suami sahnya.
Dia tidak pernah melakukan hal yang jahat ...
Lalu mengapa ..
Setiap memikirkan hal ini, hati dayang tua itu semakin menyesak. Andai saja dia mengetahui hal ini lebih awal, dia akan membantu Pangeran Heeseung untuk melupakan Pangeran Permaisuri.
Andai saja dia tahu lebih awal, Pangeran Heeseung tidak akan mendapatkan akhir yang tragis seperti ini
Sudah terlalu terlambat untuk menyesali apapun. Kini, dayang tua itu hanya memiliki satu harapan.
"Aku mohon, izinkan aku bertemu dengan Tuan Muda Jaeyun!" Dayang tua mengatupkan kedua tangannya, berkata putus asa pada dua penjaga gerbang, "Katakan bahwa Pangeran Heeseung dalam masalah besar dan hanya Tuan Muda Jaeyun yang bisa menolongnya!"
Dua prajurit penjaga gerbang saling bertukar pandangan. Mereka bersama-sama menelisik penampilan wanita tua itu dan menyadari bahwa dia adalah seorang dayang.
Meskipun begitu, penjaga gerbang menjawab tegas, "Tuan Muda jatuh sakit. Dia masih dalam kondisi tidak sadarkan diri saat ini. Dia tidak bisa membantumu, pergilah!"
Bibir dayang tua gemetaran. Dia bingung juga ketakutan. Semakin lama dia membuang-buang waktu di sini, semakin lama Pangeran Heeseung mendapat siksaan di penjara.
Dayang tua tidak menyerah. Suaranya berubah menjadi serak, tanda isak tangis yang susah payah ia tahan, "K-kalau begitu biarkan aku menemui Panglima Lee! Kumohon, ini demi keselamatan Pangeran Heeseung!"
Melihat betapa keras kepalanya dayang di hadapannya, penjaga gerbang pun mulai kesal, "Apa kau tidak memiliki pikiran?! Semua orang di kediaman ini masih dalam suasana berduka! Panglima Lee menutup pintu untuk semua urusan demi mendoakan arwah kakeknya! Masalah apapun itu, tidak lebih penting dari mendo'akan leluhur!"
Di saat yang sama, seorang pelayan keluar dari gerbang yang jaga oleh dua penjaga itu. Dia kebingungan melihat seorang wanita asing menangis dan memohon-mohon di depan gerbang. Pelayan itu kemudian mengeloyor pergi tanpa rasa penasaran.
Tidak penting siapa wanita tua itu. Yang terpenting baginya sekarang adalah membeli kayu bakar untuk menjaga suhu Tuan Muda Jaeyun agar tetap hangat. Namun, baru tiga langkah menjauh, pelayan perempuan itu berhenti ketika mendengar satu nama
"Pangeran Heeseung berada dalam bahaya! Aku mohon, biarkan aku bertemu Tuan Lee Sunghoon!"
Penjaga gerbang tidak bisa menahan kesal ketika melihat beberapa orang mulai mendekat, penasaran dengan keributan yang dibuat dayang istana itu.
karena tak ingin menciptakan rumor yang tidak-tidak, segera satu penjaga gerbang melangkah untuk menyeret dayang tua itu pergi. Entah karena tekadnya yang kuat atau bagaimana, penjaga itu merasa kesulitan ketika wanita tua dalam genggamannya mulai memberontak--bersi keras ingin kembali ke depan Kediaman Militer Lee.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...