Dayang Chenchen merangkak tertatih-tatih menuju ambang pintu kamar Pangeran Permaisuri. Punggungnya yang terlapisi pakaian khusus dayang, mengeluarkan jejak-jejak garis darah. Dia menerima cambukan rotan sebanyak tiga puluh kali. Semua pengurus kediaman Pangeran Permaisuri protes karena mereka merasa hukuman itu terlalu ringan.
Pangeran Permaisuri tidak membiarkannya melewati ambang pintu. Dalam keadaan menunduk, Dayang Chenchen bahkan tidak bisa melihat jelas siluet Pangeran Permaisuri karena ada sebuah tirai yang menutupi seluruh tubuhnya.
Dayang Chenchen mengerti bahwa Pangeran Permaisuri sengaja menggunakan tirai itu untuk menegaskan bahwa hubungan antara majikan dan pelayan yang ada di antara mereka telah terputus. Saat ini, dia berlutut di hadapan Pangeran Permaisuri sebagai penjahat. Dia tidak layak untuk melihat wajah Pangeran Permaisuri lagi.
Huin Sunoo mendecih, "Di hadapan semua pejabat, Pangeran Permaisuri menolak menyerahkanmu pada Kehakiman! Kau seharusnya bersyukur! Jika bukan karena Pangeran Permaisuri, kau mungkin akan kehilangan salah satu anggota tubuhmu!"
Dayang Lim memberi tatapan tajam, "Kau memberi informasi yang sangat sensitif! Jika terjadi sesuatu di masa depan, itu pasti karena ulahmu!"
"Apa yang bisa Paduka Agung berikan, tetapi tidak bisa aku berikan hingga kau memilih bekerja untuknya?" suara Pangeran Permaisuri dalam.
Dayang Chenchen berkeringat dingin. Matanya bergerak ke sana ke mari, tampak sedang memikirkan jawaban yang tepat. Tiga tarikan napas belum berlalu ketika Pangeran Permaisuri tiba-tiba berkata.
"Aku memeriksa buku akunmu dan tidak menemukan hal aneh. Kau tidak menerima uang dalam jumlah besar secara tiba-tiba, kau juga tidak memiliki barang mewah yang melebihi gaji tahunanmu. Ayah dan ibumu sudah meninggal, hanya tersisa adikmu yang hidup dengan baik sebagai petani. Jika tidak ada riwayat penyakit, maka sudah pasti kau bekerja untuknya bukan untuk mendapatkan obat mahal."
Pintu gerbang Kediaman Pangeran Permaisuri ditutup rapat-rapat. Tentara istana berjaga di sekeliling dengan ketat, tidak membiarkan siapapun melihat seperti apa situasi di dalam. Sementara itu, seluruh Pengurus Kediaman berjajar rapih di bagian kanan dan kiri lorong.
Dayang Chenchen bersujud di tengah-tengah, posisinya membuat siapapun dapat melihat ekspresinya.
Dayang Chenchen memejamkan mata sebelum menjawab, "Paduka Agung ... entah dari mana dia mengetahui bahwa aku ... aku memiliki perasaan untuk Pangeran Heeseung ..."
Jawaban tak terduga itu membuat semua orang terkesiap, tak terkecuali Pangeran Permaisuri. Dia yang biasanya memasang wajah tenang, kini membulatkan matanya dari balik tirai, mencoba menyingkirkan serat-serat kain yang mengaburkan wajah Dayang Chenchen.
"Dia menawarkan ..., jika aku membantunya, maka ... maka dia akan menyerahkanku kepada Pangeran Heeseung sebagai dayangnya ..."
"Lancang!" Dayang Lim membentak, "Kau adalah dayang dari Kediaman Pangeran Permaisuri! Dayang yang hanya bekerja untuknya! Bisa-bisanya kau memiliki pikiran untuk mengganti majikan?! Hak apa yang kau miliki?! Kau hanya seorang dayang!"
Dari kursi rodanya, Pangeran Permaisuri mendengus samar, "Sebelumnya, kau adalah dayang dari kediamanku. Kepada siapa kau akan pergi, kemana kau akan dipindahkan, bahkan keputusanku untuk mengadilimu di sini, itu semua merupakan wewenangku, sedangkan Paduka Agung, urusan apa yang dia miliki? Dia sama sekali tidak memiliki hak untuk mengaturmu sesuka hatinya."
"Dayang Chenchen," Pangeran Permaisuri berkata dengan nada memperingati, "Sepertinya karena terlalu mencintai Pangeran Heeseung, kau jadi melupakan hukum dasar ini. Namun, sekarang tidak jadi masalah apabila kau memang ingin melupakannya sebab tempatmu bukan di sini lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...