"Sebegitu besarnya rasa takutmu pada Pangeran Heeseung hingga kau ..." ujung mata Jungwon mulai memerah, "Berani berpikir untuk membunuh anak kecil yang tidak berdosa?"
Satu demi satu kenangan yang Jungwon lewati bersama Yi Yu muncul di kepalanya. Bagaimana pertemuan pertama mereka, bagaimana bahagianya Yi Yu ketika anak itu memanggil Jungwon Appa,dia juga mengingat wajah Yi Yu ketika anak itu tersenyum. Bagi Jungwon, Yi Yu bukanlah hanya sekedar anak kecil biasa. Dia cahaya yang menerangi hatinya, jiwa bersih yang menerima kasih sayang yang tulus darinya.
Tetapi sekarang, tepat di hadapannya, Park Jongseong secara gamblang mengungkapkan keinginannya untuk membunuh Yi Yu hanya demi mempertahankan tahta. Jungwon tahu Park Jongseong memang memiliki sisi tak berbelas kasih. Namun, haruskah dia menggunakan sisi buruknya itu untuk menghadapi anak kecil?
"Mereka akan memanfaatkan keadaan ini untuk menjatuhkan suamimu, tetapi mengapa kau malah memikirkan orang lain? Pendamping macam apa kau ini?!" Park Jongseong kelepasan membentak marah, "Pada hari terakhir penyeleksian Pangeran Pendamping , kau berkata akan mendukung keputusanku, apakah kata-kata itu hanya omong kosong?!"
Pangeran Permaisuri memejamkan mata. Lehernya mengeras, sedangkan satu tangannya mengepal terlalu kuat hingga titik-titik darah mulai merembesi kain kasa di tangannya.
Lama tak mendapati jawaban, perlahan-lahan akal sehat Park Jongseong mulai kembali menyatu dengan tubuhnya. Mata setajam elang itu bergerak menatap Jungwon. Pandangannya kemudian jatuh pada kulit Pangeran Permaisuri yang tampak lebih pucat.
Rasa dingin menjalar di ujung jari Park Jongseong. Pria itu membuka mulut, hendak mengucapkan sesuatu, tetapi dia kalah cepat dari Pangeran Permaisuri.
"Aku tidak pernah berkata akan selalu mendukung keputusanmu," Jungwon berkata dengan serak. Kemudian, dia membuka matanya secara perlahan-lahan. Mata bulat itu tampak berkaca-kaca, "Di hari ketika kau melalui jalan yang bercabang, aku akan datang untuk menuntunmu kembali menuju kebenaran, tetapi Yang Mulia ..."
Jeda sejenak. Jungwon mengambil napas panjang dengan pandangan nanar, "Di luar kasih sayang tulusku pada Yi Yu, mengapa kau memilih menutupi kejahatan untuk mempertahankan tahtamu? Kau yakin akan merasa baik-baik saja menikahi seseorang yang telah memiliki anak? Dan lagi, kau menikahinya setelah membunuh putra dan kekasihnya. Kau pikir Na Jaemin akan bersedia? Kau pikir dia tidak akan menaruh dendam padamu? Pikirkan itu! Pikirkan juga mendiang Pangeran Permaisuri! Bagaimana kau akan menghadapi dia?! Mendiang Pangeran Permaisuri Jihoon adalah orang yang paling kau pedulikan dari siapapun, mengapa sedikit saja kau tidak memikirkan perasaannya?!"
Di tempatnya duduk, Park Jongseong terdiam mendengar seluruh perkataan Pendampingnya. Jungwon mengucapkan kalimat itu dengan suara rendah. Artinya, dia sedang bersusah payah menekan amarahnya agar tidak berteriak. Perasaan bersalah mulai menggoroti hati Jongseong. Hanya dia satu-satunya orang yang tahu seberapa besar kasih sayang Jungwon pada Yi Yu, tetapi di depan wajah Jungwon, dia sendiri berkata akan membunuh Yi Yu.
Andai saja Appanya masih hidup, lalu Jongseong mendengar ada seseorang yang sedang merencanakan pembunuhan terhadap Appanya, Jongseong pasti tanpa berpikir akan langsung memenggal kepala orang itu. Hal gila apa yang sudah dia lakukan? Park Jongseong memijat pangkal hidupnya.
"Pangeran Permaisuri, aku—"
Kata-katanya telah lebih dulu dipotong oleh Jungwon.
"Meskipun masalah ini merupakan kesempatan besar bagi Paduka Agung, Pendampingmu ini yakin Pangeran Heeseung tidak akan mengambil apa yang bukan miliknya."
Park Jongseong bangkit, berjalan perlahan mendekati Pangeran Permaisuri. Sebenarnya, dia ingin memangkas jarak agar lebih dekat dengan Jungwon, tetapi karena Jungwon masih duduk di kursi roda, perbedaan tinggi mereka menjadi sangat jauh. Jongseong tidak ingin membuat leher Jungwon pegal karena terlalu lama mendongak menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow ; jaywon au
FanfictionPosisi Pangeran Permaisuri yang ia dapatkan ternyata berlandaskan alasan busuk. Jika memilih menjadi orang bodoh, Jungwon akan bersedia melepas gelar tersebut. Namun, Jungwon tidak akan mengambil jalan itu. Dia akan berusaha mempertahankan kedudukan...