20. Rindu Itu Berat, Biar Dilan Aja

2.2K 111 0
                                    

Semenjak pulang dari Pare kemarin, entah kenapa gadis itu tak henti-hentinya mengumbar senyum. Seperti ada banyak kupu-kupu yang menggelitik diatas perutnya. Berbunga-bunga, itulah kesimpulannya. Kenapa dalam sehari saja, Raka bisa mengubah susana hatinya.

Begitu saat penyuluhan tiba, jingga seperti kehilangan akal saat melihat Raka yang membawa materi penyuluhan bak pangeran tampan nan rupawan di depan audience. Tampilannya seperti biasanya, rambut yang disisir rapi dengan tambahan gel, kemeja slimfit dimasukkan celana dengan lengan yang digulung seperempat, tak lupa jam tangan yang melingkar di tangan kirinya menambah pesona yang menempel pada dirinya.

"Besok akan ada pelatihan dari teman-teman KKN yang akan di monitoring langsung oleh mbak yang cantik dan manis di ujung sana"

Tiba-tiba suara yang tak asing membuyarkan lamunannya. Matanya mengerjap. Mencari-cari suara yang telah mengganggu kenikmatan mengamati pesona alam yang hakiki di depannya.

"Iya... Mbak yang dari tadi ngeliatin saya terus" Jingga melongo ketika orang yang di maksud 'mbak' tadi adalah dirinya.

"S-saya pak?" Jingga memiringkan bibitnya, dasar Raka!! Masih sempat-sempatnya nya menggoda di tempat umum begini.

"Ya emang pematerinya bapak, masak nggak diliatin sih pak" oke kali ini dia bisa ngeles, yang disertai kuluman oleh Raka. Tapi ia tak bisa menyembunyikan wajahnya yang seperti udang rebus sekarang.

"Pak raka, jangan suka godain anak orang pak... Nanti susah tanggung jawabnya" celetuk seorang ibu-ibu. Yang dibales kekehan dari teman-temannya

"Saya serius ibu-ibu... Kalau diminta tanggung jawab juga saya sudah siap" kata Raka yang berbalas sorak suara dan keriuhan peserta dan teman-teman KKN nya. Ah... Ini sih namanya jebakan.

"Ngga..." Senggol Dinda. Jingga yang kikuk menoleh padanya

"Apa?"

"Dia serius tuh katanya, tunggu apa lagi coba"

"Ck... Dia itu hobinya nge PHP in anak orang dari dulu Din..."

"Ah masak, buktinya sama aku nggak?" Jingga langsung melotot ke arah dinda yang di balas cengengesan.

"Kamu nggak tau aja, siapa tau sama Bu Sarah juga begitu"

"Ya kenapa nggak ditanyain langsung aja sih"

"Ya mana mau ngaku lah dia"

"Terus, Sampek kapan kalian begini"

"Sampek nggak ada yang meragukan ku kalau dia beneran serius sama aku"

Tiba-tiba suara notifikasi ponsel jingga berbunyi. Dari siapa lagi kalau bukan manusia absurd yang suka naik turunin tensi perasaan Jingga. Keduanya saling beradu pandang sebelum akhirnya jingga membalas chatnya. Ironis sekali, satu lokasi saja untuk ngobrol harus sembunyi-sembunyi begini, kadang cuma dengan bahasa batin atau tatapan mata saja mereka sudah faham artinya. Kenapa nggak bikin penelitian "study kasus relationship dosen dan mahasiswi yang menggunakan ikatan batin dan tatapan mata dalam bahasa cinta"

Mantan Ambigu:
Kalau diliatin begitu terus sama kamu, saya jadi berat mau ninggalin kamu

Jingga:
Emang kamu mau pergi kemana?

Kamu mau mati?

Ini bukan firasat buruk kan?

Coba-coba, aku pengen denger wasiat terakhir kamu!

Mantan Ambigu:
Hh... Mulutmu bisa dikondisikan tidak!

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang