Jingga masih dongkol sekali dengan Raka hari ini. Pria itu sama sekali tak meresponnya!! Huh... Memang respon apa yang kamu harapkan setelah mengabaikannya lalu meminta tolong dengan cara absurd begitu jingga??!!! Namun pria itu malah asik bertukar pesan dengan Ivy.
"Lus... Bisa anterin ke basecamp pak Raka nggak? Katanya dia habis beliin onde-onde sama pisang goreng buat camilan. Kita disuruh ambil kesana" kata Ivy yang mengajak Lusiana. Tentu saja dengan gaya heboh mereka berdua saling menimpali. Jingga merngerlingkan mata malas. Padahal kedua makanan itu adalah kesukaannya. Kenapa diberikan pada Ivy. Kenapa nggak beli bom aja sekalian buat ngehancurin hatinya kini.
"Ngga..." Panggil sakti.
"Ya .."
"Sabtu sore begini, biasanya nggak ada anak les. Jalan-jalan yuk"
"Kemana?"
"Mau belajar sepeda nggak? Pakai matic aja... Gampang kok, pakai motor Nurdin" bola mata jingga membesar, ia mengangguk cepat dan langsung bergegas. Biar saja kali ini mas Awan yang marah-marah.
"Liat aku Ngga... Pertama pastiin motornya uda nyala dulu kayak gini. Habis itu tekan tombol starter nya sama tarik rem nya kayak gini, kalo udah bunyi kamu bisa pelan-pelan tarik gas nya. Naah... Gampang kan" jelas Sakti ketika meraka sudah berada di lapangan tempat biasa anak-anak dan karang taruna biasanya bermain futsal disini.
Jingga mengikuti arahan Sakti. Namun saat menarik gas, Jingga terlalu keras sehingga motor tersentak ke depan. Membuat sakti harus menahan motor jingga agar tidak jatuh tersungkur.
"Putar handle gas nya pelan-pelan Ngga... jangan terlalu kuat" jingga mengangguk. Kini ia bisa menyeimbangkan posisi duduknya. Sakti beralih ke jok belakang dibonceng Jingga. Beberapa kali mereka memutari lapangan agar jemari jingga tidak kaku memegang handle gas. Entah mengapa jingga seakan punya mainan baru sekarang. Sangat senang.
"Sak... Ada yang jual cilok... Aku mau" sakti menoleh pada arah yang ditunjuk jingga. Pria dengan rambut gelombang tersebut tersenyum dan menuruti kemauan jingga. Kini mereka berdua sedang menikmati jajanan yang baru saja mereka Beli dengan duduk beralaskan rumput. Sudah mau Maghrib.
"Setelah ini kita langsung pulang ya' tawar sakti.
"Belum, aku masih mau belajar matic hehe"
"Besok lagi..." Lelakiki disampingnya itu tersenyum. Demi apa, senyum Sakti seperti senyum milik Raka dulu ketika ia menembaknya menjadi pacar. Di suasana yang sama, menunggu senja dan langit berwarna jingga keemasan namun tempat yang berbeda.
"Aku bonceng kamu sampai posko ya?" Tanya jingga dengan senyumnya yang lebar. Gadis itu sudah buru-buru berdiri dan mengambil kontak yang tergeletak di pinggir sakti. Sakti hanya melongo saja mendengarnya.
"Nggak.. nggak!! Aku nggak ngebolehin. Kamu belum bisa. Itu tadi masih awal. Kamu belum ngerti haluan Ngga..." Sakti terlihat khawatir. Gadis itu tidak seperti dugaannya. Dia sangat nekat dan keras kepala. Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan hidupnya kali ini.
Jingga menarik gas susuai arahan Sakti tadi, dilalui dengan lancar. Saat motor berjalan Melalui jalan utama pun ia dengan berhati-hati berhasil melaluinya. Namun saat berbelok menuju tikungan jalan yang menghubungkan arah dusun disertai jalan yang bergelombang dan bebatuan, jingga mulai kehilangan keseimbangan. Puncaknya, ketika ia harusnya belok kanan, ia malah menekan sein kiri padahal sakti sudah memberikan aba-aba padanya. Saat itulah ada motor yang hendak menyalip dari kanan akhirnya menabrak mereka berdua.
"Brakk" kejadian yang tidak jauh dari rumah pak lurah itupun mengundang banyak warga untuk datang berkerumun.
--------------------*************----------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...