29. Drama Cincin Nikah

2.3K 123 2
                                    

"Ohya, omong-omong kenapa kamu bisa tau aku mau makan di alun-alun sama pengen nonton sama nge mall??"

Raka tak segera menjawab. Ia berfikir alasan yang tepat buat Jingga.

"Kamu sama sekali nggak kabari aku. Bagaimana aku bisa tenang. Jadi aku tanya Ferry, kata dia kamu sama sakti mau keluar. Yaudah" Jingga manggut-manggut, percaya.

"Emang beneran pingin nonton?"

"Aku suntuk, boring di posko terus"

"Kenapa nggak minta sama aku, aku kan suami kamu" katanya lembut sembari menarik tangan jingga melingkari perutnya dan menggenggam jemarinya

"Ya malas aja minta sama kamu, kamu lagi sama Bu Sarah"

"Terus harus gitu kamu jadi jalan sama cowok lain?"

"Temen aku itu..."

"Ya tetep aja, kamu kan udah jadi istri orang. Harus ijin sama suami" jingga semakin memberengut di balik punggung Raka

"Emang seberat itu apa nikah? Aku jadi nggak sebebas temen-temen ku yang lain" Raka tersenyum tipis mendengarnya

"Nggak juga, aku bisa temani kamu kemana-mana. Kamu masih bisa main sama teman-teman kamu"

"Ya iya, tapi kan jadi semuanya harus ijin kamu dulu, kayak gini aja, Aku keluar sama sakti kamu udah nggak bolehin"

"Emang dulu kamu kemana-mana nggak pake ijin sama Awan hmm?"

"Ya iya, tapi kan bebas sama siapa aja"

"Kamu masih mau main-main hmm?"

"Aku tuh ngerasa kayak kaget aja nikah sama kamu secepat ini. Kayaknya aku belum siap"

"Yaudah kamu siapnya kapan?"

"Udah terlanjur begini, masak kamu baru nanya siapnya kapan sih Ka.."

"Ya makannya itu, cepat atau lambat, nggak ada bedanya. Kita pasti nikah. Emangnya kamu maunya nikah kapan?"

"Setelah lulus kuliah mungkin, atau setelah bisa bantuin mas Awan ngurusin bisnisnya" Raka mengernyit, menunggu beberapa tahun lagi untuk menikahi Jingga bisa-bisa gadis itu malah ditikung yang lainnya

"Raka..."

"Hmm..."

"Apa kita pisah aja dulu?" Tiba-tiba Raka mendadak mengerem motornya, membuat Jingga terhuyung menubruk punggung Raka. Pria itu kemudian turun dari balik setirnya.

"Maksudmu cerai? Pisah karna apa? Yang bener kalo ngomong. Jangan paksa saya mengatakan hal yang bahkan terlintas aja nggak pernah" Jingga berjingkat dengan nada yang di lontarkan Raka. Pria itu sudah memakai kata 'saya' dalam dialognya itu berarti marah besar.

"Bu-bukan begitu. Tapi pernikahan ini kan bukan karna keinginan kita juga. Seandainya saja waktu itu kamu nggak... Aaah sudahlah percuma ngomong sama kamu. Dasar cowok. Udahlah, balikin aku ke Sakti sekarang, biar bisa pulang cepet ke posko!!" Jingga memalingkan muka, Raka mengusap wajah gusar

"Aku aja yang pulangin"

"Kemana?!!!"

"Kemana lagi?!! Katanya ke posko. Emang mau pulang kemana lagi"

"Aku pikir kamu berubah pikiran, mau pulangin aku ke rumah mas Awan" kata Jingga dengan mulut monyongnya. Raka mengerlingkan mata malas

"Terus kalau aku pulangin ke Awan lagi, kamu mau pacaran atau nikah sama siapa heh?" Jingga menunduk

"Ya nggak gitu juga..."

Hening, Raka tak tahu harus berkata apa lagi pada gadis di depannya ini.

"Raka..."

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang