"kalian harus menikah hari ini" tandas Awan. Sejurus, jingga terdiam dengan apa yang di dengarnya. Kaget, kenapa mas nya begitu tega menikahkan tanpa menanyakannya terlebih dahu.
"Hah!!"
"Mas Awan jangan keterlaluan, aku nggak suka disuruh-suruh begini tau, aku mau balik ke posko aja" jingga hendak beranjak dari kursinya sampai Awan mencekal tangannya. Dilihatnya dua laki-laki di hadapannya bergantian. Awan yang cemas, sedangkan Raka dengan muka datar nya menyilangkaN kaki dan bersendekap tangan.
"Jangan kolokan begini, cari solusinya, jangan main pergi saja" tukas Awan.
"Habis nggak ada solusi lain apa Mas?"
"Solusi lain ada, kita sama-sama di DO dari kampus" sela Raka.
"Kalau aku nggak mau. Aku sudah hampir 2 tahun disini. Tinggal menunggu SK pengukuhan dosen tetap. Aku nggak mau impianku hancur sia-sia"
"Maksudmu aku yang hancurin impian kamu? Inget ya. Malam itu kalau kamu nggak datang ke posko, terus peluk-peluk aku. Kejadian ini nggak akan ada tau!!"
"Memang kenapa sih? Pilihan nikah sama aku tuh banyak yang mau, kamu aja yang ribet"
"Ribet tuh karna kamu tau. Kalo kamu nggak pernah ngecewain aku, nggak mungkin aku mikir seribu kali buat balikan sama kamu apalagi nikah"
"Mas... Tolongin..." Jingga memelas pada mas nya.
"Nggak bisa dek, kalaupun kamu di DO sulit nyari kampus lain. Apalah tinggal 1 tahun, sayang. Mas nggak mau buang-buang duit lagi"
Huft perdebatan alot ini sepertinya akan sia-sia. Tak ada jalan lain selain menerimanya.
Perjalanan ke Surabaya hampir 3 jam lamanya Jingga isi dengan diam. Mas nya tahu apa yang sedang dialami gadis itu. Dia syok. Dia perlu waktu menerima ini semua. Makannya awan tak mau banyak bicara dengan dirinya.
Sampai di rumah hampir Maghrib, ia melihat halaman rumahnya sudah dipenuhi beberapa mobil terparkir. Ia bertanya-tanya, ada apa gerangan.
"Mas, ini kita ada tamu ya?"
Awan menghela nafas, untuk menjelaskan ini semua pada adiknya memang tak bisa grusak grusuk.
"Jingga... Mas sudah mempersiapkan pernikahan ini... Tolong kamu yang tenang ya..."
Persendiannya lunglai, darahnya seakan berhenti mengalir, degup jantungnya tak berdetak, Dunia... Seakan runtuh seketika.
"Sudah ada pakdhe, budhe dan Ayya di dalam. Maafin mas, karna besok dewan LPPM dan dekan akan mengkonfrontir Raka"
Oke. Semuanya gelap, benar-benar gelap.
"Mas... Aku ini adek kamu satu-satunya loh. Impian pernikahan aku nggak kayak gini. Ini sembunyi-sembunyi begini. Nggak bisa aku diginiin" rengeknya yang tak mau segera beranjak dari mobil.
"Kamu mau nikah terang-terangan, diumumin ke semua orang. Oke aku kabulin. Sekarang juga biar aku undang semua temen-temen" tukas Raka yang langsung membuat bulu kuduk jingga merinding.
"Apaan, nggak bisa tuh maksa-maksa begitu"
"Wan.. aku mau ngobrol dulu sama Jingga" pamit Raka, awan mengangguk faham dan langsung keluar dari mobil. Raka keluar dan berpindah ke belakang, di sisi jingga.
"Jingga..." Pria itu memanggil nya dengan lembut, tangannya terulur ke bahu Jingga yang sedang membuang muka namun gadis itu malah mengibaskan bahu, tak Sudi disentuh olehnya.
"Oke, aku minta maaf"
"Untuk apa? Kesalahanmu sudah banyak. Kamu nggak bakalan bisa nyebutin satu-satu" laki-laki itu mengulum senyum. Kenapa dia malah tertarik saat gadis itu sedang dalam fase marah atau merajuk. Sangat menggemaskan dan menyenangkan menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...