Malam ini pak lurah mengajak anak-anak KKN untuk berkumpul di rumahnya. Katanya ada acara makan dan bakar-bakar kecil-kecilan karena kemarin baru saja panen bawang merah. Pak lurah baru saja menyampaikan nya tadi menjelang Maghrib.
Jingga datang dengan dibonceng Sakti. Ia benar-benar cantik malam ini. Meski tanpa polesan, cuma memakai liptint, wajahnya sudah terlihat segar. Jaket jeans dan celana senada lalu rambut yang diurai dengan jepit di pinggirnya, sangat serasi membalut tubuhnya.
Teman-teman Jingga sudah menunggunya dari setengah jam lalu saat dia datang bersama Sakti. Disana sudah ada teman-temannya yang sibuk membakar ikan, jagung dan juga membantu pekerjaan Bu lurah lainnya.
Ada satu sosok yang menarik perhatiannya sedari datang tadi. Raka dan putri pak lurah. Ia tahu saat kapan hari berbincang dengan beliau. Namanya rianti, rambutnya panjang ia kuncir kuda, gadis cantik alami tanpa polesan makeup yang sekiranya cocok menjadi kembang desa. Mereka terlihat cukup akrab berbicara sambil sedikit tertawa menimpali seakan Raka tak menotice keberadaannya.
Jingga menyerahkan sekotak brownies pada Bu lurah yang tadi dibelinya saat perjalanan pulang ke dusun.
"Dari mana tadi mbak Jingga?" Tanya pak lurah dengan senyum yang ramah.
"Dari nengok temen KKN di desa sebelah pak. Pulangnya mampir beli ini. Maaf kalau telat"
"Oh nggeeh nggak apa-apa mbak" Jingga segera mengambil alih pekerjaan choky dan Novi yang sedang membakar ikan. Sedangkan sakti mengekor dibelakangnya.
"Ngga, mau jagung nggak?" Tawar sakti.
"Boleh, yang pedes ya" sakti segera mengambil jagung lalu membakarnya bersama Indra.Sakti memberikan jagung sesuai permintaan Jingga.
"Sudah makan dulu, biar aku yang lanjutkan bakar ikan" Jingga menurut. Ia mencari tempat duduk di teras, tepatnya di depan Raka dan rianti mengobrol."Mbak jingga..." Panggil satu suara, ia menoleh di sela-sela makan jagungnya.
"Dimintai tolong ibu, buatkan minuman di belakang apa tidak merepotkan?" Timpal suara itu lagi, suaranya lembut adem di dengar, mbak Rianti apakah kamu akan menjadi saingan barunya? Ahh. kenapa Raka selalu dikelilingi wanita-wanita cantik yang tak sepadan dengannya.
"Ooh nggeh mbak..." Jingga buru-buru meninggalkan jagung bakarnya yang masih tersisa banyak.
"Airnya ambil disini mbak, ini gula nya, ini sirupnya. Ceret dan gelas sudah disediakan ibu. Maaf, ibu sedang repot" ucapnya, jingga mengiyakan lalu sibuk dengan yang diperintahkan rianti.
Jingga tak kesulitan untuk membuat minuman atau membantu si dapur. Dulu ketika mamanya masih ada, ia selalu merecokinya. Mama lah yang membuatnya bisa memasak. Tiba-tiba ia merasakan tengkuknya menghangat, di tembok ia melihat ada bayangan dari belakang tubuhnya, ia menoleh dan terkejut karena sudah ada Raka disana.
"Aku nggak suka rambutmu digerai seperti itu" Raka mencepol rambut jingga dengan karet seadanya. Jingga menjauhkan kepalanya namun itu malah membuat sakit karena rambutnya yang tertarik.
"Raka! Aku nggak suka rambutku berantakan" tepis jingga, ingin melepas kembali ikatan rambutnya. Raka menahan tangannya.
"Aku nggak suka kamu cantik-cantik di depan banyak orang" rasanya muka jingga sekarang seperti kepiting rebus. Namun ia juga ingin menendang laki-laki itu menjauh karena takut dipergoki orang lain.
"Kamu ngapain tadi berangkat sama Sakti?"
"Nengokin temen ke desa sebelah. Emang kamu tadi nggak denger apa pak lurah nanyain aku? Ooh iya kamu tadi kan lagi asik ngobrol sama mbak rianti" sindirnya.
"Jangan ngalihin pembicaraan. Aku sama rianti nggak ada apa-apa, dia temen aku kuliah" jingga memiringkan mulutnya.
"Sama, sakti juga temen KKN ku" jingga tidak mau kalah. Keduanya berdebat panas di dapur yang sama panasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romantik#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...