26. Kebohonganmu

2.3K 127 1
                                    

"Jingga..."

"Aktifkan kontak saya kembali..."

Jingga mengedarkan mata ke seluruh mata yang sedang menatapnya kini. Itu perintah suamimu Jingga, harus ditaati!! Sejurus kemudian ia mengutak-atik ponsel nya lalu pergi meninggalkan ruangan begitu saja.

"Ayo Din, pergi sekarang. Keburu siang" tukasnya cepat-cepat.

Sampai di pasar ia membeli beberapa camilan kesukaan Raka. Entah kenapa, dia sedang marah pada laki-laki itu tapi masih saja bucin padanya. Roti goreng, cakuwe dan molen. Pria itu perutnya harus terisi pagi-pagi buta jika tidak mau mengomel sampai masakannya matang.

"Ngga... Kamu marahan lagi sama mantanmu itu?" Tanya Dinda

"Bukan hanya sekedar mantan. Tapi udah jadi suami tau!! Suami yang belum aku ACC!!" Maka disanalah, hingga perjalanan pulang Jingga bersumpah serapah tentang suaminya dan menceritakan semua hal yang terjadi pada teman kentalnya di KKN itu.

Sampai posko, Jingga segera membuat teh dan menyiapkan camilan yang baru saja dibelinya. Dan mengirimnya pada Raka lewat Dinda. Oke, ini memang seperti tugas seorang istri. Bukan tugas mahasiswa KKN ataupun babu.

"Beritahu Jingga untuk membuka ponselnya" titah Raka yang sedang berada di teras bersama Sakti kepada Dinda yang mengantarkan teh untuk dirinya.

"B-baik pak"

Pesan Raka sudah sampai ke telinga jingga yang sedang sibuk di dapur. Gadis itu berdecak, sumpah demi apapun dia sedang dalam mode menjauhi dan menghindari suaminya. Entah sampai kapan. Tapi dia takkan melakukan hal-hal yang membuat mode dirinya itu luluh atau berubah.

Setelah sibuk di dapur bersama teman piketnga, jingga buru-buru menghabiskan sarapannya di dapur sekalian dan menitipkan masalah dapur pada Dinda karna dia ingin buru-buru ke sekolah. Padahal masih jam 7 pagi, dia memang harus keluar posko lebih cepat kalau mau selamat dari Raka.

Dia mau minta tolong pada sakti mengantarkannya ke sekolah, tapi melihat dia sibuk dengan Raka akhirnya urung. Tumben-tumbenan sakti dan Raka akur begitu. Biasanya keduanya paling malas berurusan.

Jingga hendak meminta tolong pada Dinda, tapi gadis itu juga sibuk dengan urusannya. Akhirnya ia meminta tolong pada Ferry lewat panggilan suara.

"Ngapain pake telfon segala sih Ngga, orang masih sama-sama di posko juga"

Suara Ferry yang nyaring tersebut mampu membuat Raka dan sakti menoleh pada sumber suara yang notabene masih dalam satu ruangan. Ferry goblok!!!

"Sstt... Fer, anterin aku ke sekolahan sekarang bisa nggak?"

"Sekarang banget? Bukannya hari ini ada pelatihan. Ini kan hari terakhir prokermu. Minggu depan biar kita bisa follow up hasilnya ?"

"Iya, Tadi pak Gilang ngasih kabar kalau hari ini disuruh bantuin koreksi tugas anak-anak. Selesai nanti aku langsung ke lokasi aja"

"Oke, pelatihanmu mulai jam 10 ya?"

Jingga mengakhiri panggilan suaranya, syukurlah Ferry percaya. Tuhan, maafin Jingga... Hari ini dia banyak banget bohongnya. Tak sengaja, ketika dia berangkat, ia menangkap mata Raka ketika sedang dibonceng Ferry dengan tatapan marah. Astaga... Kenapa rasanya kayak dia ke gap lagi selingkuh begini sih.

Di sekolah, dia nggak tau mau ngapain. Benar-benar mati gaya. Dia meminta pak Gilang untuk diberi tugas apapun yang bisa dikerjakan pagi ini.

Jingga mengecek ponselnya. Ada berpuluh-puluh pesan dan beberapa panggilan tak terjawab dari Raka.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang