Disinilah mereka semua kini. Di ruang tamu dengan meja kotak besar yang biasanya setiap malam mereka agendakan apel malam.
"Baik, saya minta maaf atas adegan yang tak seharusnya saya lakukan sebagai dosen apalagi ini adalah dalam suasana KKN. Di rumah orang"
"Sebetulnya nggak papa juga sih pak mau pelukan juga. Cuma timing dan lokasinya aja yang nggak tepat. Saya tau bapak manusia juga. Ada hubungan apa antara bapak dan jingga pun juga bukan urusan kami" tukas kordes.
"Kita nggak ada hubungan apa-apa kok. Pak Raka sahabat mas ku, jadi kami sudah kayak adek kakak aja. Tadi dia peluk aku juga karna aku teriak ketakutan karna disini lampu mati dan serem" kini jingga membela diri. Oke, dia harus berbohong daripada dia harus mendengar Raka yang menyebutnya bukan siapa-siapa.
Terlihat Raka melirik tajam ke arahnya, dia menarik nafas dalam-dalam. Oke, biarkan dia ngamuk, yang pasti namanya sudah ia blok dari kontak ponselnya.
"Baik, saya pulang kalau begitu. Ada oleh-oleh dari Malang dan nasi buat kamu. Seharian belum makan kan?" Jingga terhenyak, kata-kata itu untuk dirinya, namun ia tak berani memandang mata Raka.
Setelah Raka pergi, dia melihat ke arah beberapa kantung kresek yang di letakkan di atas meja oleh Raka. Ia ingin membukanya, benteng pertahanannya seakan mau roboh melihat secuil perhatian Raka datang kembali. Oh, nggak nggak!! Biarkan saja, biar dia basi atau dimakan yang lainnya.
---------------------***********--------------------
Meski tubuhnya belum fit, tapi jingga tetap melaksanakan tugasnya sebagai penanggung jawab pelatihan kerajinan jerami dan olahan bawang, dengan di temani yang lain tentunya meski yang lain tetap ada proker masing-masing.
"Bagus ibu-ibu, awalnya karna belum terbiasa jadi agak kaku tangannya. Nanti lama-lama hasilnya pasti bagus dan halus karna terbiasa" kata jingga setelah ibu-ibu nyeletuk mengeluh hasilnya jauh dari sempurna yang diiringi canda tawa dari lainnya.
Setelah kejadian semalam, jangan dikira akan selesai malam itu juga, salah! Karena setelahnya, Jingga seakan menggali kuburannya sendiri. Contoh nya saja Lusiana and the Genk nya. Mereka semua tak henti-hentinya menghujani tatapan sinis, sindiran bahkan sumpah serapah di hadapannya.
"Kamu nggak tau malu rupanya ya Ngga, bisa-bisanya dosen sendiri, pacar orang main peluk aja seenaknya" kata Lusiana tadi pagi setelah semuanya sudah keluar posko dan sepi orang.
"Ya habis enak, mau gimana dong? Pingin ya?" Jawabnya santai
"Gara-gara kamu mbakku ribut tau sama pak Raka"
"Ya kalo nggak kamu kasih tau, mbak mu juga ga bakal ribut lah Vy" jawab jingga sambil terkekeh mengejek.
"Kalian tuh kenapa sih? Iri ya? Atau sebenarnya takut kalau sebenarnya pak Raka yang suka sama aku? Hahaha. Kalau misalnya mereka saling mencintai, harusnya mbak mu itu ga usah khawatir berlebihan dan takut sama aku yang cuma dianggap adik sama pak Raka Vy..."
"Siap-siap kamu Ngga!! Siap-siap berhadapan dengan mbakku" ancam Ivy dengan geram.
"Siapa takut. Bilang!!" Tantang Jingga tak kalah sengit dengan sorot mata membunuh.
"Mbak Jingga..." Seorang ibu-ibu menghentikan aktivitas nya yang tengah menganyam jerami.
"Nggeh Bu..."
"Pak dosen kesayangan kita semua Dateng" jingga melirik dari ujung matanya. Tak mau menoleh atau bersikap impulsif.
"Pak Raka sama siapa Fer?" Tanya Lusiana pada sang kordes, namun hanya dijawab gendikkan bahu oleh-nya.
"Pak rektor kali ya?" Celetuk Andre
"Masak rektor muda banget begitu"
"Sesama dosen kali ya, tapi kok aku baru tau. Omaigat ganteng banget. Kalo iya tuh dosen, aku pepetin deh yang ini" suara Karin membuat dirinya penasaran untuk menoleh dan mencari tau siapa yang sedang di bicarakan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...