19. Pulang ke Pare

2.2K 122 1
                                    

Mobil Raka kini telah berhenti di sebuah rumah mewah beraksen Jawa klasik. Halamannya yang luas, disamping bangunan itu terdapat bangunan yang tak kalah megah, tunggu! Jingga pernah mengenal rumah ini. Rumah dan gedung yang sempat mengisi hari-harinya selama 2 bulan 3 tahun lalu.

Di perjalanannya, Raka sama sekali tak mengatakan apapun, bahkan perihal dia akan membawanya kemari. Lelaki itu hanya menggenggam tangannya sembari mengemudi yang membuat jantungnya berdegup kencang. Entahlah, perasaan ini jauh tak terdefinisi padahal dulu Raka juga sering menggandeng tangannya.

"Kamu nggak bilang akan kesini?"

"Yaudah, ini udah sampek juga kan?" Kata Raka sembari melepas seatbelt nya. Dan membuka pintu mobil.

" T-tunggu,,," Raka menoleh, aktivitas nya tertahan karna sentuhan gadis itu.

"A-ada siapa saja di dalam" Raka menaikkan kedua alisnya

"Nanti kamu tau sendiri... Ayo. Itu oleh-oleh buat budhe di belakang sekalian kamu ambil. Mereka pasti udah nungguin kamu" jawabnya sembari tersenyum simpul. Jingga mengangguk, sebelum masuk ke rumah, ia masih menoleh ke arah bangunan megah yang menjadi office tempat kursus milik Raka serta camp. 3 tahun berlalu, banyak yang berubah dengan lembaga kursus itu. Semakin megah dan menarik.

"Ayoook" Raka menarik tangannya.

"T-tapi, materi penyuluhan mu? Aku nggak mau ya nanti aku disuruh ngelembur bikin itu. Awas aja kalau marah-marah kamu"

"Ya nanti kita kerjain di sini sekalian"

"Bukan kita, tapi kamu!! Pokoknya kamu yang kerjain" jingga memanyunkan bibirnya. Kapan lagi dia bisa bernegosiasi dengan dosennya.

"Aku temenin" Raka memberi solusi, yang ditanggapi hentakan kaki Jingga. Pria itu menarik tangannya kembali sembari mengusap kepalanya lembut.

"Mbak Jinggaaa...." Suara Ayya, adik perempuan Raka satu-satunya menggema dan terdengar riang menyambutnya. Umur mereka hanya beda satu tahun. untuk itulah keduanya tak sulit untuk menjalin komunikasi, bahkan gampang akrab seperti sahabat.

"Masuk mbak... Budhe sudah masakin dan siapin makanan request nya mas Raka semalem" jingga menaikkan alis sembari menoleh ke arah yang namanya di sebutkan tadi, namun ia malah dengan gayanya yang sok cool melenggang bebas masuk ke rumah.

"Berarti dia sudah berencana membawaku ke Pare. Kenapa nggak bilang"

"Nduuk... Cah ayu... Gimana kabarnya?" Jingga menyalimi tangan budhe ta'zim.

"Alhamdulillah baik budhe..."

"Ini thoo sing jenenge Jingga Kuwi.. Yo pancen ayu ngene, mesti emane Kuwi" kini suara laki-laki paruh baya menyapanya, yang membuat jingga mengerutkan dahi namun tetap menyalaminya.

"Ini pak Dhe ku Jingga, selama ini kamu nggak pernah ketemu dia, karna memang waktu kamu kursus disini pak Dhe sedang sibuk dinas luar kota tidak sempat pulang" jingga mengangguk dan tersenyum.

"Ayo ayo sekarang makan dulu... Ini request nya Raka, katanya ini makanan kesukaanmu semua"

Jingga terhenyak, ia menatap menu-menu yang tersaji di atas meja. Benar, semua makanan kesukaannya, dan ia suka makan!! Ada becek menthok, bebek goreng, asem-asem ikan, pisang goreng dan kue getas. Jingga meneguk Saliva nya.

"Kelemahan dan bujukannya jingga itu ada di perut budhe... Dia itu selalu khilaf kalo liat makanan" celetuk Raka.

"Halah, mas Raka, kalo emang mbak Jingga bisa gampang dibujuk. Buktinya, 3 tahun lalu, mas nggak bisa bawa mbak Jingga balik lagi toh? Sampek disusulin ke Surabaya hujan-hujanan. Pulang nggak bawa orangnya, eh malah sakit hihihi" seloroh Ayya yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Raka. Ayya langsung menutup mulutnya dengan tangan dan mengangkat kedua jarinya berarti kata maaf untuk Raka.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang