Jingga turun dari mobil menuruti ajakan Raka untuk makan terlebih dahulu lalu mencari tempat duduk yang kosong di sebuah depot nasi bebek.
"Nasi bebek 2 ya, satu dada satu paha, yang dada nggak usah pakai timun ya. Minumnya susu coklat hangat sama air mineral" pesan Raka pada seorang pramuniaga. Tanpa menawarinya, Raka ternyata masih mengingat makanan kesukaannya dan kebiasaannya. Jingga suka dengan nasi bebek, dia lebih suka dada dari pada paha, ia tidak suka timun karena berair dan baunya tidak enak menurutnya, ia suka peda dan mengambil sambal yang banyak, oleh karenanya ia selalu sedia susu panas karena ia tak bisa tidur kalau habis makan pedas mengingat perutnya yang panas.
Baru bertemu Raka sehari tapi sudah mengingatkan nya kembali pada lubang yang sama. Nggak! Ini nggak boleh terjadi lagi! Jingga nggak boleh baper! Dia nggak boleh telan mentah-mentah lagi semua perhatian-perhatian Raka. Raka memang baik pada semua orang. Tidak hanya pada dirinya, dulu pada miss Kumala juga begitu, sekarang pada Bu Sarah! Tapi siapa juga wanita yang tidak salah faham dengan perhatian khusus laki-laki itu.
Pesanan datang, jingga menatap tajam nasi bebeknya. Ingin makan dia gengsi, nggak makan dia lapar.
"Emm.. mas, saya pesan teh hangat saja ya satu" cegah jingga pada pramuniaga. Raka sontak menatap jingga lalu menarik susu yang masih tersaji di pinggir meja ke depannya. Jingga meliriknya sinis, ia harus bersikap Denial pada perhatian Raka, tapi tetap dia tidak bisa menolak nasi bebek itu ya tuhan...
Mereka makan dengan tanpa satupun yang membuka obrolan. Hingga Raka menghabiskan nasinya terlebih dahulu. Jingga merasa kenikmatan merasakan nasi bebek nya terganggu tatkala Raka memperhatikannya. Jingga merasa risih, ia menghentikan aktivitas nya.
"Saya nggak suka diliatin kayak gitu pak"
"Kalau sudah selesai segera bayar" Raka memberikan dompetnya pada Jingga, menaruhnya diatas meja. Jingga melirik ke depan lalu melengos. Tentu saja hal itu mengingatkannya pada hal yang telah lalu. Raka memperlakukannya bak menteri keuangan. Ia menyerahkan dompet miliknya pada jingga setiap akan membayar sesuatu ketika Raka mengajaknya jalan. Tak jarang, Raka malah menitipkan dompetnya. Dan Raka meminta uang ketika dibutuhkan saja. Entah apa alasannya ia mempercayakan hal krusial itu pada Jingga. Namun karena hal itu, Jingga berbunga-bunga. Hatinya senang bukan kepalang, karena itu artinya dialah satu satunya yang dipercayai Raka. Itulah sebabnya Jingga yakin, Raka juga menyukainya. Bukan hanya baper lagi. Tapi sekarang, jingga tidak mau terperangkap dengan perasaan yang sama. Dia tidak mau mencoba menerka-nerka. Dia tidak mau sakit hati lagi. Anggap saja Raka memang selalu sweet pada semua wanita.Jingga mengambil dompet di depannya kasar, setelah membayar Jingga mengembalikan dompet Raka dengan menaruhnya asal-asalan. Sebenarnya ingin sekali ia lempar, tapi takut dia marah karna tak sopan.
"Kamu tidak buka-buka dompet nya?" Jingga sedikit tersinggung dengan pertanyaan nya.
"Nggak, ngapain juga. Lain kali nggak usah kasih dompet ke sembarang orang kalo nggak mau dibuka-buka" ketusnya.
"Saya tidak mungkin kasih sesuatu yang penting ke sembarang orang" kata Raka dengan datar. Tatapannya tajam dan mengintimidasi.
"Kembali ke mobil, kita pulang" Raka terlihat kesal dan marah. Di dalam mobil pun suasananya seperti di gelanggang balapan mobil. Keduanya memang tak saling bicara, tapi cara Raka mengemudi yang sedikit emosi membuat jingga sedikit takut dan merinding.
Jingga menghela nafas lega setelah mobil Raka sudah sampai di depan rumah.
"Makasih, permisi" jingga cepat-cepat membuka pintu mobil tapi tidak bisa. Jingga mencari-cari dimana tombol kuncinya tetap tidak bisa. Raka mengunci otomatis dari tempat duduknya. Jingga dongkol setengah mati dengan ulahnya."Bukain pak"
"Besok jangan lupa survey tempat KKN. Bangun lebih pagi!!" Pesan Raka sebelum membuka kunci otomatis nya. Jingga tak menjawab pesan Raka, yang penting ia cepat-cepat keluar mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romansa#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...