Setelah beberapa hari anak KKN berkutat dengan persiapan kegiatan 17 Agustus. Kini tibalah saat itu. Lomba agustusan dan perpisahan anak KKN sekalian dijadikan satu. Setelahnya baru akan ada penarikan dari kampus di kecamatan.
Beberapa lomba yang akan diadakan adalah kupas dan iris bawang berpasangan, pukul balon dan tarik tambang. Sementara untuk besok akan ada pensi dan bazar di kecamatan
Jingga dan teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan untuk lomba Sabtu pagi ini di halama depan kantor desa. Gadis itu riwa-riwi mengambil baskom dan bawang merah untuk di letakkan di atas meja setelah menimbang dan membaginya sama rata di masing-masing baskom
"Ngga... Hadiah yang kemarin kita bungkus udah dibawa belum?" Tanya Dinda. Jingga mengingat-ingat kembali, sepertinya dia memang melupakan tugas dari Ferry satu itu.
"Seperti nya kelupaan. Aku ambil dulu ke posko deh"
"Eh nggak usah, biar aku aja sama Sakti. Kamu gantiin kerjaanku aja bisa? Tolong ambilkan tali tambang di rumah pak lurah"
"Ke rumah pak lurah?"
"Iya... Kan Deket dari sini, bisa jalan kaki..."
"Nggak ada anak cowok apa, itu kan berat. Atau pak lurah aja deh yang suruh bawain ke sini"
"Huss!! Ngawur kamu Ngga... Tolong ya... Pliss" ucap Dinda langsung melenggang pergi. Mau tidak mau pun ia menurutinya.
Berjalan kaki ke rumah pak lurah sendirian, tentu saja seperti anak hilang. Sampai di rumah pak lurah yang kelihatannya sepi dan harus mengetuknya beberapa kali namun tetap tak ada jawaban. Hingga ia lelah, kayaknya mending senderan di kursi teras sajalah daripada capek manggil-manggil terus.
"Ekhem" suara deheman seseorang membuat jingga berjingkat.
"Raka!! Ngagetin tauk!"
"Ngapain disitu? Bukannya bantuin temen-temen mu malah malas-malasan disini" jingga memutar bola matanya
"Mau ketemu pak lurah, mau ambil tali tambang"
"Pak lurah sudah di balai desa dari tadi kamu nggak liat?"
"Hah? Terus tali tambangnya?"
"Ada di basecamp aku" Jingga mengerutkan dahi.
"Yaudah ambilin"
"Enak aja, acara siapa. Ambil sendiri sana" titah Raka sembari menggerakkan kepalanya, membuat Jingga menghentak-hentakkan kakinya dan merengut.
"Katanya suami tapi Nggak pekaa!!! Tega banget"
"Dimanaaa" teriak Jingga ketika sudah ada di dalam basecamp namun tak ada barang yang di cari.
"Suamimu ada disini, nggak usah teriak-teriak begitu" Jingga menoleh ke sumber suara. Raka sudah ada di dalam basecamp, duduk diatas sebuah kursi rotan. Melihat mereka berduaan begini, Jingga jadi takut ada kejadian yang tidak-tidak seperti pada tragedi Lampu mati kala itu di posko.
"Eh eh, sayang mau kemana" Raka menahan tangan Jingga agar tak buru-buru pergi dari basecamp
"Raka, kalo kita ketauan berduaan di dalam begini. Bisa-bisa digantung tau"
"Jangan lebay kamu"
"K-kalo nggak, bisa di arak keliling kampung" kata Jingga histeris ketakutan
"Huss. Pikiranmu!! Itu kalo belum nikah, kita kan udah nikah"
"Ya kan warga kampung tau nya kita belum nikah. Kamu nggak mikir apa"
"Yaudah, biar sekalian tau aja nggak papa juga" jingga mengerlingkan bola matanya. Raka masih menahan pergelangan tangan istrinya, hingga matanya menangkap sesuatu yang ganjil disana
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON)
Romance#PART LENGKAP, NAMUN ADA VERSI PANJANG DAN LEBIH UNYU DI NOVELAH DAN KBM! "Kamu kalau nggak perlu apa-apa disini, mending cari kerjaan yang produktif sana" suara Raka memecah keheningan. "A-aku mau anter ini" jingga mengulurkan sebuah kertas yang s...