Chapter 25-[Mirach]

1.4K 129 2
                                    

Aca menggeliatkan dari tidurnya, hari ini Aca bisa bersantai karena weekend dan kebetulan Bintang tidak mengajaknya keluar mungkin dia sibuk untuk lombanya.
Aca yang bangun dari tidurnya mengecek hpnya, sebenarnya dia sedikit berharap bintang mengajaknya keluar atau main ke rumahnya, karena mereka akhir-akhir ini tak pun untuk mengobrol, mereka hanya bertemu saat berangkat sekolah dan pulang sekolah. Tapi nihil tidak ada notif apapun di hpnya. Merasa cukup berleha-leha akhirnya Aca bangun dengan sedikit meringis perut dan lengannya terasa ngilu, ulah sindy yang kesetanan kemaren.

Setelah mandi, Aca turun kebawah untuk sarapan, seperti biasa tidak satupun orang di rumah itu.

"Sepi banget ya" Batin Aca memperhatikan setiap sudut rumahnya.

Tidak mau membuat moodnya semakin turun dia memutuskan ke dapur mengambil beberapa roti dan duduk di meja makan.

"Kasian meja makannya gak pernah di pakai" ujarnya seolah meja itu bisa mendengarnya.

Kadang Aca berharap saat dia bangun dari tidurnya dan turun kebawah disambut hangat oleh papa dan mamanya sedang duduk bercengkrama dan menikmati sarapan bersama. "Sungguh indah" batinnya.

Aca yang selesai mengoles roti nya, memutuskan untuk sarapan di kamarnya, karena saat duduk di sana dia merasa tak nyaman bukan karena kursinya yang tak empuk hanya saja yang tak nyaman adalah hatinya, duduk sendiri di deretan kursi kosong membuat dada seakan sesak
Semakin banyak pengandaian yang muncul di benaknya.

Andaikan saja dia bisa berkumpul bersama papa mamanya.

Andai saja ada keribut kecil, saat memperebutkan sarapan
.
Tiba-tiba senyum mengembang di wajahnya, setelah menghirup nafas panjang aca meninggalkan ruangan tersebut menuju kamarnya.

Aca yang tadi memutuskan mengirim pesan pada bintang, namun berulangkali dia mengecek hpnya namun tak ada balasan dari bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aca yang tadi memutuskan mengirim pesan pada bintang, namun berulangkali dia mengecek hpnya namun tak ada balasan dari bintang. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya aca memutuskan untuk pergi ke mall sendirian.

Aca itu tidak punya siapa pun selain Bintang. Aca itu terbiasa melakukan apapun bersama Bintang, Jadi saat Bintang sibuk dia benar-benar sendirian.
Setelah berfikir panjang akhirnya dia memutuskan mencoba pergi sendirian. Mungkin bagi seseorang pergi sendiri bukanlah masalah besar tapi bagi Aca itu bukan hal yang mudah dia yang bisa selalu ditemani, biasanya sesibuk apapun Bintang dia tidak mengizinkan Aca pergi sendirian.

Sekarang Aca sedang duduk di halte menunggu bus berikutnya, tadi sudah ada bus yang lewat hanya saja orang berdesakan mendorongnya sehingga tidak ada lagi tempat untuknya. Dua jam waktu yang Aca butuhkan untuk sampai di mall itu, mall yang bisanya cuma setengah jam dari rumahnya.
Yang terpenting sekarang dia sudah sudah sampai di mall itu, dia memutuskan untuk mencari hadiah untuk lomba Bintang nanti sebagai reward karena bintang telah berusaha.

Berjalan sendirian Aca masih merasa agak asing, tapi tidak terlalu buruk batinnya.

Setelah memutuskan cukup lama akhirnya Aca memasuki sebuah store untuk membeli jaket untuk Bintang. Saat Aca memilih, Aca mendengar suara yang sudah sangat dia hafal, benar saja itu Bintang bersama dengan rahma mereka berjalan sambil tertawa berbagi cerita lewat di depan store tempat Aca berada.

"Pantes Bintang gak baca chat Aca, lagi sibuk ya" Ujarnya cemberut.

Apalagi yang bisa dia lakukan? tidak mungkin dia lari keluar dan berteriak di depan mereka berdua kenapa tak mengajaknya mustahil bukan??

Setelah memutuskan memilih jaket yang mana akhirnya dia membayar jaket
pilihannya itu."Semoga bintang suka ya" Ujar Aca memegang paper bag itu.

Setelah merasa puas berkeliling di mall itu Aca memutuskan untuk pulang. Sekarang dia sudah di halte dekat rumanya. Dia berjalan pelan menuju memasuki kawasan rumannya, dari kejauhan Aca melihat mobil sang mama tapi melintasinya begitu saja tidak berniat berhenti. Aca melihat itu, sangat bahagia akhirnya setelah dua minggu tidak melihat mamanya hari ini mamanya pulang ke rumah. Aca yang bersemangat sedikit berlari agar cepat sampai kerumahnya.

Setelah sampai di rumah, saat hendak masuk sopir mamanya menghentikannya "Maaf non Aca, tapi nyonya berpesan jangan membiarkan orang lain masuk, karena di dalam ada tamu nyonya" Ujar pak Budi supir sang mama.

Sebenarnya pak budi tidak tega mengatakan namun apa boleh buat dia juga tak ingin dimarahi oleh mama Aca nanti.
"Pak nanti kalau Aca pulang jangan di bolehin masuk suruh pergi dulu, bilang ada tamu" pesan mama Aca.

"Aca juga gak boleh? Aca kangen mama" Ujarnya Aca memastikan.

"Maaf non, kayaknya nyonya lagi ada rapat penting" Ujar pak Budi berharap Aca tak terlalu kecewa.

Pak Budi tau raut kerinduan di mata Aca, bahkan sebenarnya saat melintas tadi pak Budi melihat Aca yang berlari mengejar mobil, tapi boleh buat tampaknya rindu itu hanya sepihak.

Lihat sekarang bahkan mamanya tak mengizinkan dia masuk dan memilih menghabiskan waktu berpesta bersama temannya di dalam sana.

Mereka yang sibuk dengan pikirannya masing-masing disadarkan oleh suara musik dari dalam rumah.

Kemudian pak Budi melihat Aca dia merasa bersalah telah membohongi Aca.

"Makasi pak Budi, udah bohong demi Aca" senyum Aca.

"Maaf non" Ujar pak Budi.

"Kenapa pak Budi minta maaf?"

Tak ada jawaban pak Budi hanya melihat ke arah Aca.

"Lain kali pak Budi gak perlu bohong demi Aca, Aca gak papa kok"Ujar Aca kembali mengulas senyumnya.

"Mungkin mama kangen sama temannya, udah capek kerja ke luar kota biarin aja mereka bersenang-senang dulu, Aca kan bisa ketemu mama nanti "Lanjut Aca.

"Aca juga gak boleh bohong sama pak budi, Aca kecewakan?" Ujar pak Budi walau bibir Aca selalu tersenyum tapi tidak dengan matanya.

"Hahaha, Aca gak kecewa Aca cuma kangen banget sama mama, tapi gak papa" balas Aca melihat sekilas ke dalam rumah.

"Aca pergi dulu ya pak"

"Non Aca mau kemana, biar saya antar"

"Aca pun gak tau mau kemana pak" batin Aca.

"Gakpapa pak, Aca sendiri aja" Ujar Aca melambaikan tangan dan menjauh dari rumahnya.

Aca pun melangkahkan kakinya tanpa tujuan, iya karena dia tak punya tujuan.

Aca tidak tau harus kemana?
Biasanya dia akan selalu menghubungi Bintang, tapi bukannya sekarang dia harus sedikit tau diri. Bintang sedang di mall bersama rahma tidak mungkin dia mengganggunya.

Setelah berjalan tanpa arah, tanpa sadar sekarang dia berada di komplek rumah Bintang.

"Bodoh kenapa lo kesini aca" Ujarnya merutuki dirinya sendiri.

Aca kemudian segera pergi menjauh dari sana. Sekarang pukul sembilan malam, kira-kira sudah dua jam lebih Aca berjalan tanpa tujuan. Sekarang Aca duduk di halte depan rumahnya melihat kendaraan yang lalu-lalang.

Kemudian sebuah motor berhenti tepat dihadapan Aca.

"Aca"panggilnya.

Tak ada jawaban, Aca sepertinya hanyut dalam lamunannya.

"Acaa" Ujar Bintang menepuk pelan bahu Aca pelan.

"Bintang?" Ujar Aca kaget kenapa tiba-tiba ada bintang dihadapannya.

"Lo ngapain disini?" Tanya Aca.

"Jemput lo,ayo!" Balas Bintang memakai helm ke kepala Aca.

Aca yang bingung pun hanya pasrah kemana Bintang membawanya.

Malam itu mereka hanya berkeliling, membiarkan angin malam menerpa mereka ,canda tawa mengiringi perjalanan mereka, hanya sebuah perjalanan tanpa tujuan namun beda efeknya terhadap Aca, hatinya merasa penuh, bisa bertemu dan bercerita dengan Bintang.

Semakin Aca bersikeras bahwa dia bisa tanpa Bintang begitu keras juga semesta mempertegas bahwa Aca tidak akan bisa tanpa seorang Bintang.

Bagaimana bisa dunia terus berputar jika rotasi nya menghilang??

SIRIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang