Chapter 39-[Marfikent]

1.4K 132 2
                                    

Sekarang Aca berjalan menjauh dari kompleks rumahnya.

Sedari tadi Aca menelpon mamanya namun tidak ada jawaban dari mamanya.

Bintang, Aca sudah menelpon Bintang beberapa kali tetap saja tak ada jawaban dari Bintang.

Malam ini aca benar-benar sendirian, dia membutuhkan Bintang. Aca butuh seseorang bahunya tak lagi mampu menahan semua beban.

Dan malam ini Aca tak punya tujuan, dia melangkah kaki ke tempat-tempat biasa dia kunjungi bersama Bintang.
Dan tanpa sadar dia berakhir dia di depan rumah Bintang.

"Bintang!" panggil Aca.

"Bintang Plis maafin Aca"

"Aca takut" Ujar Aca di depan rumah Bintang.

Namun tak ada jawaban, sepertinya tidak ada orang di rumah itu.

Kemudian Aca kembali melangkahkan kakinya dia tak tau lagi harus kemana.

Akhirnya Aca berhenti di sebuah jembatan menatap lurus ke sungai di bawahnya. Sekarang sudah jam 4 pagi aca masih setia berdiri menatap kebawah.

"Kalau Aca loncat apa rasa sakit di hati Aca bakal hilang?" lirihnya melihat Irak sungai yang tenang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau Aca loncat apa rasa sakit di hati Aca bakal hilang?" lirihnya melihat Irak sungai yang tenang itu.

"Apa di bawah sana lebih menyenangkan dibanding disini"

"Tapi aca udah janji gak bakal ninggalin Bintang" ujarnya tersenyum sambil menghapus air matanya.

Kemudian Aca menjauh dari sana, Aca tak berakhir semudah itu.

Bukankah saat semesta jahat dia hanya ingin kita semakin kuat.

Sekarang pukul 5 pagi Aca kembali ke rumahnya, rumah itu sekarang sudah di pasang garis polisi tanda di larang masuk.
Kemudian Aca mencoba menerobos masuk dan sekarang dia berada di teras depan rumahnya.

Kemudian Aca mendudukkan badannya bersandar ke dinding

/Ting/
Mendengar notif itu Aca segera mengambil hpnya dan membuka pesan tersebut.

Bintang

Gua kesana sekarang.

Belum sempat Aca membalas terdengar bunyi motor yang sudah sangat Aca hafal, itu Bintang.

Aca segera berlari menuju gerbang namun dia tersandung dan jatuh namun tak menghalanginya menemui sosok yang sangat dia harapkan itu.

Bintang turun dari motornya segera memeluk aca, dibalas erat oleh Aca

"Bintang maafin aca"

"Aca takut"

"Aca sendirian"

"Dada aca sakit,hikss disini sesak" Ujar Aca mengadu, mengungkapkan kan semua yang dia rasakan.

Bintang tidak membalas hanya mengusap pelan punggungnya.

"Hiks jangan tinggalin aca, aca sendiri, gak ada siapa-siapa lagi" ujar Aca dengan air mata yang tak henti hentinya membahasi pipinya.

SIRIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang