Chapter 43-[Alnitak A]

1.7K 150 6
                                    

Aca akhirnya duduk bersandar dan sedikit menekuk kakinya. Dia baru saja selesai mencuci, menjemur dan menggosok bertumpuk-tumpuk pakaian.
Bisa dikatakan ini hal yang berat untuk aca, selama ini dia memang kekurangan kasih sayang namun dalam hal materi papanya masih memberinya lebih dari cukup.
Aca yang tak biasa melakukan hal-hal seperti ini, aca terbiasa di bantu oleh sang bibi.

Sekarang bukan cuma hati aca yang lelah,tubuhnya pun lelah. Tapi apa boleh buat dia harus bisa,dia harus kuat. Bukankah dia ingin mentertawakan semesta, yang tak bisa membuatnya kalah.

"Acaa" teriak ibu Salma pemilik laundry memecah lamunan Aca.

"Iya bu" ujar Aca segera menghampirinya.

"Ini tambahannya ya" ujar ibu Salma memberikan keranjang berisi pakaian kotor.

"Baik Bu" ujar Aca mengambil dan segera membawanya kebelakang untuk di cuci.

Sekarang pukul 9 akhirnya Aca bisa pulang, dia segera membereskan barang-barangnya, dia tadi tak sempat ke kos jadi dia membawa peralatan sekolahnya kesini.
Untung saja di tempatnya bekerja di sediakan baju untuk karyawan, sehingga baju sekolah Aca tak kotor.

Aca berjalan cukup santai menuju kosnya, di perjalan pulang aca melihat lalu lalang kendaraan.
Cukup jauh berjalan Aca memilih untuk berhenti sejenak di sebuah jembatan dengan sungai di bawahnya melihat indahnya pantulan bintang yang bertebaran di sungai itu.

Kemudian mengangkat kepalanya ke langit, melihat cerahnya langit malam ini.

"Bintang hari ini Aca berhasil ngelewatin semuanya" ujarnya pada langit seolah langit itu tengah mendengarkannya.

"Hari ini cukup berat, tapi aca berhasil" ujarnya seakan bintang itu akan mengerti.

"Semoga besok lebih mudah ya, tapi kalau besok berat lagi langit malam besok harus penuh bintang ya biar bisa dengarin cerita aca besok"ujarnya tersenyum menatap kearah langit.

"Kakak, kok ngomong sendiri?" ujar seorang anak perempuan menarik pelan rok sekolah Aca.

Aca yang melihat itu pun sedikit menunduk menyamai tingginya dengan anak itu.

"Kakak lagi ngobrol sama bintang"ujar Aca sambil menunjuk ke langit.

"Hah?bintang punya telinga ya kak?" ujar anak itu bingung.

Aca kemudian tersenyum lebar sambil merapikan rambut anak itu yang nyaris masuk ke matanya.

"Kakak juga gak tau kalau bintang itu punya telinga atau gak, tapi kalau kakak sedih pasti bintang selalu dengarin cerita kakak" ujar Aca.

"Jadi kalau lagi sedih boleh cerita ke bintang?"

Di balas anggukan oleh aca.

"Tapi bintang gak bisa balas cerita kita"

"Sebenarnya saat kita sedih kita cuma butuh tempat cerita, ngeluarin semua yang ada disini biar tak terlalu sesak" ujar aca memegang dadanya.

"Kan ada mama?Kenapa kakak gak cerita ke mama?"lanjut gadis kecil itu.

Aca tidak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari anak itu, sebagai gantinya Aca hanya membalasnya dengan sebuah senyum.

"Sayang, kamu disini" ujar seorang ibu menghampiri dan langsung menggendongnya.

"Kan mama udah bilang jangan jauh dari mama"ujarnya sedikit cemas anaknya hilang dari pengawasannya.

"Maaf, Adek cuma mau lihat kakak itu,dia sendirian"ujar anak itu.

"Maafin ya, dia ganggu kamu ya"ujar ibu itu.

"Gak kok, Aca senang dia nemanin Aca disini"ujar Aca.

"Tapi lain kali izin dulu ya dek, nanti mamanya khawatir"ujar Aca .

SIRIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang