Tiga, Jangan memalakku!

6.2K 606 5
                                    

Selamat membaca!

Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!

🐻🐣🐿🐇🐢

Rose terpaksa membuka matanya saat ponselnya tidak berhenti berdering. Ia menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan video tersebut.

"Rose! Kenapa kau menghilang tadi malam? Bukankah setiap malam minggu kau akan bernyanyi di sana? Kenapa semalam tidak? Dihubungi juga tidak bisa," gerutu orang di seberang telepon.

"Ak--huekkkk huekkk," belum juga sempat bicara, gelombang mual itu menderanya. Memaksanya menuju westafel tanpa menaruh ponselnya. Perutnya juga melilit semakin menyiksanya. Belum lagi flu dan pusing yang menyerangnya akibat terlalu banyak menangis.

"Kau kenapa Rose? Jangan bilang kau melewatkan jam makanmu," tanyanya cemas.

"Aku tak apa," jawabnya setelah berkumur dan membasuh wajahnya.

"Kau tidak tidur semalaman? Kantung matamu sangat ketara."

"Aku tak apa unnie," ujarnya dengan suara lemah membuat orang yang di seberang telepon semakin panik.

"Kami ke sana sekarang!" Belum sempat Rose mencegah, panggilan itu sudah ditutup sepihak.

🐻🐣🐿🐇🐢

Minggu selalu menjadi hari pemulihan bagi Lalisa setelah pertarungan. Bohong jika ia baik-baik saja karena untuk bernafas saja, perut dan dadanya akan terasa sakit. Ia akan mengikuti pertarungan hanya di hari Sabtu karena esoknya tak perlu membolos sekolah untuk pemulihan.

Lalisa mengambil kompresan untuk mengobati lukanya. Kali ini lumayan parah mengingat lebam itu bukan hanya terdapat di area wajahnya, tetapi juga di dada dan perutnya. Setelah selesai mengobati lukanya, ia membuka bungkusan makanan empat sehat lima sempurna yang dikirim oleh Bambam tadi pagi.

Setiap selesai bertarung, Bambam memang selalu mengirimkan menu makanan sehat. Hanya sekali setiap selesai bertarung. Iya, sekali. Padahal Bambam menawarkannya hampir setiap hari tanpa bertarung namun Lalisa menolaknya.

Ia memakannya dengan lahap. Ini adalah hal yang juga disukainya ketika mengikuti pertarungan. Makanan sehat gratis masakan Ibu Bambam. Bukan berarti setiap hari Lalisa tidak memakan makanan sehat. Namun menurutnya, seenak apapun makanan yang dibuatnya, akan kalah dengan masakan seorang ibu yang tulus terhadap anaknya.

Bicara soal ibu, Lalisa benar-benar merindukannya. Lebih tepatnya merindukan ketiganya. Daddy, mommy dan adiknya. Dia kembali merutuki dirinya kala mengingat janjinya yang tidak ditepati kepada sang mommy untuk menjaga adiknya.

Tepat tiga bulan sebelum kelahiran adiknya,
daddynya dinyatakan meninggal di medan perang. Lalisa yang masih berusia enam tahun hanya bisa menangis melihat daddynya dikebumikan dengan hormat oleh banyaknya tentara.

Mommya syok dan harus dirawat di rumah sakit hingga tiba waktu kelahiran adiknya.

"Lalic...," panggil mommynya lemah.

"Iya mom?" Lalisa kecil hanya mampu memegang tangan kanan mommynya.

"Bisa berjanji untuk menjaga adik Lalic melebihi apapun?" tanyanya sambil mengacungkan jari kelingking.

"Bica. Lalic anji," kedua kelingking itu bersatu disertai senyuman di bibir keduanya namun itu tak bertahan lama karena sakit yang luar biasa mendadak hinggap di perut mommy Lalisa. Lalisa kecil hanya mampu menangis melihat mommynya kesakitan.

When POISON Becomes MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang