Empat enam, I'm yours

3.8K 393 18
                                    

Selamat membaca!

Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!

🐻🐣🐿🐇🐢

Sudah pukul dua dini hari namun Jennie belum juga bisa memejamkan matanya. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Apalagi kalau bukan tentang Lalisa yang sampai saat ini belum juga ditemukan. Entah kabur atau diculik atau malah ia sedang bersenang-senang di tempat lain? Apa pun itu Jennie selalu berharap Lalisa baik-baik saja di luaran sana. Tapi jika memang Lalisa baik-baik saja, mengapa hati Jennie segundah ini?

"Unnie? Kau terbangun juga?" tanya Rose mendekat ke arah Jennie.

Jennie mengangguk saja karena sejak awal ia memang pura-pura tertidur agar yang lain juga ikut tidur. Ia tersenyum saat Rose mengecup perban yang melilit kepalanya. Ini yang paling ia suka saat dirinya sakit. Perlakuan manis dari orang-orang terdekatnya.

"Apa unnie masih memikirkan Lalic?"

"Aku mengkhawatirkannya."

"Unnie, jangan terlalu dipikirkan. Kau harus banyak-banyak beristirahat. Aku akan menyanyikan lagu pengantar tidur untukmu. Sudah lama aku tak melakukannya untukmu."

Jennie tersenyum tipis. "Tapi aku ingin menghubungi Mark dulu," ujarnya dengan sedikit rengekan.

Rose langsung saja mengambil ponselnya dan mendial nomor Mark. Jennie memang tidak diizinkan untuk memegang ponsel selama proses penyembuhannya.

"Mark, bagaimana?" tanya Rose sedikit berbisik. Ia tak ingin mengganggu yang lain

"Maaf nona, kami sudah mencari ke seluruh penjuru Seoul tapi nona Lalisa belum juga kami temukan."

Rose menggelengkan kepalanya sambil menatap Jennie sebagai isyarat bahwa Lalisa belum juga ditemukan.

"Ada lagi yang ingin kau tanyakan pada Mark, unnie?"

"No."

"Mark, beristirahatlah! Lanjutkan pencarian besok.

"Baik nona."

"Sekarang unnie tidur ya."

"Tapi Rose---"

"Aku juga menyuruh orang-orangku untuk mencari Lalic. Aku yakin, besok mereka akan menemukannya."

Jennie mengerutkan keningnya. Ia tak menyangka jika Rose akan mengerahkan orang-orangnya yang notabennya adalah detektif dan polisi.

"Sejujurnya aku juga sangat mengkhawatirkannya unnie. Aku hanya mencoba tenang sambil memikirkan ke mana kira-kira dia pergi." Rose menghela nafas di akhir kalimatnya.

Jennie menggenggam erat tangan Rose. Ia tersenyum lembut.

"Ayo tidur. Besok saja kita pikirkan lagi. Nyanyikan aku nini bobo."

🐻🐣🐿🐇🐢

Jennie sudah menghabiskan sarapannya. Kini waktunya ia minum obat. Ia langsung mual saat Hanbin mengambil obatnya di nakas.

"Aku tidak mau minum obat," ujarnya ketus.

"Honeyyy," Hanbin berusaha membujuk Jennie.

"Tidak mau." Jennie menutup wajahnya dengan selimut.

"Oke kau ingin apa?"

Jennie membuka selimutnya dengan bibir cemberut. "Aku merindukan Lili."

"Honey, kami masih berusaha mencarinya tapi---"

When POISON Becomes MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang