Lima, Buku lagu

5.7K 571 3
                                    

Selamat membaca!

Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!

🐻🐣🐿🐇🐢

"Dia dengan lancang mencekikku menggunakan alat pel itu," ujarnya menceritakan hal yang sama kepada Rose. Rose sendiri sedang asyik mengunyah salad sayurnya sambil mendengarkan keluhan Jennie. Ia sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Di sinilah mereka, di balkon apartemen milik Rose. Rose memang lebih memilih tinggal sendiri di apartemen karena dia kesepian di rumah besarnya meskipun banyak maid di sana. Selain itu, jarak sekolahnya dan rumah Duo J bersaudara lebih dekat dari apartemen daripada rumahnya sendiri.

Orang tuanya sering keluar negeri untuk urusan bisnis dan kakaknya sedang masa studi di luar negeri. Semalam, orang tuanya sudah menjenguknya dan menginap namun pagi ini, mereka harus kembali ke luar negeri.

Sebenarnya Rose tidak keberatan ditinggal setiap hari. Lagi pula, dia sudah dewasa dan harus belajar mandiri. Orang tuanya juga pasti akan meluangkan waktu bersamanya saat mereka libur. Mereka juga selalu melakukan panggilan video setiap hari.

"Sudah kubilang, berhenti membully unnie," sarannya. Matanya menerawang jauh pada jalanan kota Seoul yang selalu padat.

"Aku tak bisa menahan kekesalanku."

"Kau harus berusaha mengontrol emosimu. Aku tak mau kau berakhir sepertiku," ujarnya lirih. Dulu, Rose juga suka membully. Namun, suatu ketika ada kejadian yang benar-benar membuatnya hancur hingga ia tak berani lagi melakukan aksi pembullyan.

"Seperti apa?"

"Menyesal," kali ini air matanya sudah jatuh.

"Hey kenapa menangis?" Jennie segera memeluk Rose. Ia lupa jika Rose akan menjadi sangat sensitif ketika membahas topik pembullyan. Sampai sekarang pun ia tidak tahu alasannya karena Rose belum siap untuk menceritakannya.

Gara-gara si gadis rendahan itu aku jadi membuat my chimpunk menangis.

"Maafkan aku," ujarnya merasa bersalah. Ia mengelus bahu Rose, mencoba menenangkan.

"Hai guys, kalian di mana? Ayo keluar aku tak sabar menghabiskan chickenku," ujar Jisoo dari arah ruang tamu.

"Kami di balkon unnie," teriak Jennie.

"Yak! Kau apakan my chimpunk?! tanyanya sedikit membentak ketika melihat Rose menangis.

Jennie mendengus, "Dia juga chimpunkku!

Lihatlah kakak beradik itu. Bukannya memenangkan Rose, mereka malah memperebutkannya.

"Dia bukan chimpunkmu jika kau membuatnya bersedih," ketus Jisoo lalu menarik lembut Rose menuju dapur. Semoga makanan bisa mengalihkan kesedihannya.

"Unnieeeee! Jangan seperti itu aku tak sengaja," rengek Jennie.

"Kau tau Rose baru saja sembuh. Mengapa malah membuatnya menangis?"

"Mianhe," ujarnya cemberut.

"Sudahlah unnie, Jennie unnie tidak bersalah. Akunya saja yang sensitif," lerai Rose mulai memakan makanan yang Jisoo bawa karena salad sayurnya sudah habis.

"Unnieee maafkan aku. Jangan mengabaikanku," rengeknya bergelayut manja di lengan Jisoo.

"Yayaya, sekarang lebih baik kita makan sebelum chimpunk itu menghabiskannya."

When POISON Becomes MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang