Selamat membaca!
Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!
🐻🐣🐿🐇🐢
Butiran salju berjatuhan menutupi hampir seluruh bagian taman. Sinar matahari menyorot menembus lapisan kaca sebuah kamar rawat di lantai tiga. Lalisa berdiri di depannya. Menikmati terpaan silau matahari yang sedikit menghangatkan wajahnya. Sesekali ia menyeruput kopi di tangannya. Berusaha mencari ketenangan yang akhir-akhir ini sulit di dapatkannya. Suara pintu yang terbuka tidak membuatnya menoleh.
"Aku ingin bermain salju," ujarnya saat merasa orang di belakangnya duduk di ranjang.
"Beberapa jam lagi aku akan mengabulkan permintaanmu. Ini masih terlalu pagi. Makanlah dulu. Semalam kau hanya memakan sesendok bubur."
Lalisa menoleh sambil melemparkan senyumnya setipis mungkin. Ia ikut duduk di ranjang lalu memeluk Rose.
"Kau tidak melarangku lagi?"
"Hm. Dokter bilang kau sudah hampir pulih."
Rose mengambil sepotong sandwich di atas meja lalu mendekatkannya ke mulut Lalisa.
"Kapan aku boleh pulang?" tanyanya sebelum menggigit sandwich yang Rose berikan.
"Mungkin beberapa hari lagi."
"Kau tidak makan?"
Rose menggeleng. "Kau dulu," ujarnya kembali mendekatkan sandwich di tangannya ke mulut Lalisa.
Lalisa menurut lalu menggigitnya lagi. Setelahnya, ia beranjak mengambil sandwich satunya dan menyerahkannya pada Rose.
"Buka mulutmu."
Rose mengangkat salah satu alisnya bingung. "Itu milikmu."
"Aku ingin mandu di restoranmu."
"Itu---"
Rose tak melanjutkan ucapannya. Ia mengalihkan perhatiannya sejenak keluar jendela mengabaikan sepotong sandwich yang terulur ke arahnya. Berusaha menetralkan deru nafasnya yang meningkat akibat hendak menyebut nama Jennie di hadapan Lalisa.
"Chaeng? Kenapa?" tanya Lalisa.
"Aku akan memesankannya setelah kau minum obat," ujarnya mengabaikan pertanyaan Lalisa. Ia menukar sandwich di tangannya, membiarkan Lalisa menghabiskan sandwichnya sendiri. Mereka makan dalam diam.
Setelah sandwich mereka habis, Rose mengambil obat dan segelas air untuk Lalisa.
"Aku benci minum obat."
"Pilih suntik atau minum obat?"
Lalisa mendengus. Ia paling benci disuntik. "Minum obat"
Rose terkekeh kecil melihat wajah tak bersahabat Lalisa saat menelan pil tersebut. Ia langsung memberikan permen mint yang ada di sakunya.
"Bersabarlah. Sebentar lagi kau akan sembuh," ujarnya menepuk pelan kepala Lalisa.
"Rose, aku ingin chicken di restoranmu?" Jisoo masuk dan langsung merebahkan dirinya di sofa.
"Kebetulan aku juga akan memesan makanan di sana. Lalic ingin mandu."
Jisoo refleks bangun dari tidurnya. "Mandu?" tanyanya menatap bingung Rose.
Rose menggeleng pelan sambil mengedipkan matanya beberapa kali sebagai kode agar Jisoo tidak membahasnya lebih jauh.
"Kenapa?" tanya Lalisa bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
When POISON Becomes MEDICINE
Fanfiction(Selesai) FRIENDSHIP Jennie x Lalisa Mereka tak pernah tau mengapa takdir membuat mereka saling berinteraksi jika hanya untuk berseteru. Namun, seiring berjalannya waktu, Lalisa yang dibencinya ternyata menjadi penyembuh traumanya~ Start : 03-02-22 ...