Dua tujuh, Surat (3)

4.1K 472 33
                                    

Selamat membaca!

Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!

🐻🐣🐿🐇🐢

Cuaca malam yang mendingin membuatnya menghentikan motornya sejenak hanya untuk menarik resleting jaketnya tinggi-tinggi. Ia hendak melajukan motornya kembali namun suara teriakan membuatnya menoleh ke asal suara.

Tidak ada siapapun. Jalanan sangat sepi namun suara itu masih menggema. Ia tak lagi peduli namun netranya menangkap sebuah bayangan seseorang yang ditarik paksa. Gerak-geriknya semakin terlihat karena sang penarik menariknya ke arah jalanan yang lapang.

Matanya menyipit memperjelas penglihatannya mengenai siapa gadis yang ditarik. Ia mendadak emosi saat suara tamparan itu menggema.

"Mengapa kau kasar sekali?!" bentaknya pada pria itu.

"Sky? Ini bukan urusanmu!"

Pria itu balik membentak. Ia cukup terkejut saat gadis dengan nama samaran Sky itu menghentikan aksinya. Ia sangat benci urusannya diganggu terutama oleh seseorang yang sudah ia anggap sebagai musuhnya.

Dengan kasar, ia kembali menarik Krystal menjauh. Amarahnya semakin memuncak saat Lalisa kembali menghalanginya.

Dukh

Tendangan keras ia sapukan pada perut Lalisa sebagai peringatan. Ia tersenyum remeh saat Lalisa memegangi perutnya sambil meringis.

"Lisa-ya!" teriak Krystal khawatir.

"Oh. Jadi namanya Lisa?" tanya Kai sarkastis.

Lalisa jadi merutuki Krystal. Mengapa Krystal harus memanggil namanya? Ia tak suka identitas sekalipun namanya diketahui oleh orang asing terutama laki-laki di hadapannya.

"Lepaskan dia! Kau mau kakimu kembali patah?" tanya Lalisa dengan aura dingin.

Kai kembali tersenyum remeh. Ia jadi merasa tertantang. Ia rasa, waktu itu keberuntungan berpihak kepada Lalisa hingga Lalisa mampu mengalahkannya.

"Kau menantangku Queen Lisa-shi?"

Bugh

Tangannya sudah gatal untuk meninju wajah sombong Kai. Belum sempat Kai membalas, ia kembali memberi bogeman mentah pada wajah Kai berkali-kali.

Kai yang tak terima menyerangnya balik. Ia menendang dada Lalisa hingga Lalisa menjauh dari wajahnya. Setelahnya, ia meninju wajah Lalisa berulang kali.

Lalisa melirik kaki kiri Kai yang mulai goyah akibat sibuknya meninju area wajah Lalisa. Dengan cepat ia menjegal kaki Kai hingga Kai kehilangan keseimbangan. Ia memelintir tangan Kai, tidak terlalu kuat, namun mampu membuat Kai meringis.

"Menyerah atau kupatahkan?"

Kai enggan menyerah. Ia masih saja memberontak dengan berusaha menyerang Lalisa dengan kaki kanannya.

Lalisa juga tak tinggal diam. Ia kembali menendang sumber kelemahan Kai yaitu kaki kirinya sambil mempererat pelintirannya.

"Akhhh! Fine!" teriaknya marah pertanda ia menyerah.

"Baiklah sekarang kau menang lagi, tapi tidak untuk selanjutnya," ujarnya kesal berlalu pergi setelah Lalisa melepas tangannya.

"Lisa-ya!" teriak Krystal menghampiri Lalisa.

Ia hendak memeluk Lalisa guna menyalurkan ketakutan dan kekhawatirannya namun Lalisa malah menghindarinya. Ia pasrah, tak mau memaksa dan lebih memilih memperhatikan wajah Lalisa yang penuh lebam.

When POISON Becomes MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang