Empat tujuh, Bye Li!

3.3K 325 16
                                    

Selamat membaca!

Mari tebarkan cinta dengan menekan tombol vote dan beri komentar di setiap paragraf!

🐻🐣🐿🐇🐢

"Tentu sayang. I'm yours."

Setelah mengucap kalimat tersebut, Jennie memajukan bibirnya hingga bibir mereka saling menempel. Jennie mulai membuka mulutnya, mencoba memancing Kai untuk memulai lebih dulu.

Kai mulai melumat bibir Jennie. Bersamaan dengan itu, secepat mungkin Jennie mengambil pisau di saku celana Kai dan menusuknya ke perut Kai.

Argghhh

Dengan sisa tenaganya, Kai mendorong Jennie hingga tersungkur. Perban di kepala Jennie mulai basah oleh darah akibat berbenturan keras dengan lantai.

"Kurang ajar! Argghhh!"

Dengan susah payah, Kai mencabut paksa pisau di perutnya. Ia membuka kemejanya untuk menahan pendarahan di perutnya. Kakinya melangkah ke arah Jennie. Seringai jahat kembali terbit di wajahnya.

"Kau ingin bermain-main denganku sayang?" ujarnya mengelus pipi Jennie. Ia membuka ikat pinggangnya kemudian mulai membuka dress Jennie.

Jennie yang sudah setengah sadar hanya bisa pasrah. Kepalanya benar-benar sakit hingga ia tak bisa memberontak. Matanya menangkap mata Lisa yang sejak tadi menatapnya dengan sendu. Air mata keduanya sama-sama jatuh. Jennie berusaha tersenyum seolah mengatakan semua akan baik-baik saja.

"K-kai," Lisa memanggil Kai dengan susah payah. Hal itu membuat Kai menghentikan kegiatannya lalu menoleh ke arah Lalisa.

"J-jangan s-sentuh dia. B-bunuh s-saja aku."

Kai menghampiri Lalisa dengan senyum remehnya. Ia membuang dress Jennie asal, menyisakan bra dan celana dalam yang melekat pada tubuh Jennie.

"Sayangnya aku ingin mencicipi Jennie dulu sebelum membunuhmu!"

Brakk

Kai menendang perut Lalisa hingga tubuhnya membentur tembok belakang. Setelahnya, ia kembali menuju Jennie yang entah sejak kapan sudah kehilangan kesadarannya.

"Dengan begini sepertinya akan lebih nikmat."

🐻🐣🐿🐇🐢

"Kau ingin aku mendengar penjelasanmu, kan?"

Pertanyaan Jennie hanya dibalas anggukan oleh Krystal. Hanya ada mereka berdua di ruangan ini. Jennie meminta yang lain untuk memberinya waktu berbicara berdua dengan Krystal.

"Bantu aku keluar dari sini!"

Krystal jelas terkejut. Permintaan Jennie sungguh tidak masuk akal mengingat kondisi Jennie yang belum sepenuhnya pulih.

"Untuk apa?"

"Aku ingin menemui Kai."

Krystal menggeleng. Ia tak ingin mengambil resiko. Sudah cukup Lalisa yang disekap. Ia tak ingin Jennie ikut-ikutan disekap.

"Aku lebih baik dibenci seumur hidup daripada harus membiarkanmu menghadapi Kai yang jelas-jelas berbahaya."

"Aku sangat mengkhawatirkannya. Kumohon, hanya kau satu-satunya harapanku," Jennie menggenggam tangan Krystal agar Krystal luluh. Ia sudah tidak peduli bagaimana rusaknya hubungan mereka dulu.

Krystal menatapnya khawatir. "Kondisimu tidak memungkinkan Jennie-ya. Lagi pula orang-orangmu pasti bisa menghandlenya. Kau tidak perlu turun tangan langsung."

When POISON Becomes MEDICINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang