03-History!

94.4K 4K 44
                                        

Ada dua hal yang tidak disukai Lakapala. Mengungkit masa lalunya, dan kembali menapaki kakinya di rumah ini. Pintu utama terbuka lebar, dia sangat tahu jika penghuninya sedang berada di dalam. Padahal, Lakapala sudah mewanti-wanti agar tidak bertemu dengan sosok yang kini tengah duduk di sofa bersama seorang perempuan sexy.

Lakapala mencibir sinis. Dia tahu keadaan orang itu memang kacau setelah papanya meninggal. Tapi, ia tidak jauh berbeda. Mahardika Pusaka Gautama, kakak laki-laki nya itu jauh lebih beruntung daripada Lakapala. Dia pernah merasakan kasih sayang dari orangtuanya.

Sementara dia sendiri tidak pernah melihat langsung sosok papanya. Ketika papanya meninggal pun Lakapala tidak berani untuk mendekati jenazah papanya. Dia waktu itu hanya diam sambil mengamati Dika dari jauh yang menangis histeris di dekat jenazah papanya. Datar. Kosong. Hampa. Lakapala tidak merasa kehilangan sedikit pun karena sewaktu ia kecil, dia sudah terbiasa tanpa sosok seorang Ayah.

Kepalan tangannya semakin menguat ketika menaiki tangga menuju kamarnya. Sementara kedua sosok yang sedang melakukan maksiat di sofa sama sekali tidak memedulikan kehadiran Lakapala.

Langkah Lakapala sejenak terhenti ketika melewati sebuah figura foto pernikahan orangtuanya yang terpasang di dinding. Entah kenapa, saat melihat foto ini, Lakapala sama sekali tidak melihat kebahagiaan di sana. Senyuman papanya terlihat terpaksa, begitu pun dengan mamanya. Senyuman setiap orang yang berada di foto itu tidak ada yang terlihat tulus, Fake.

Lakapala tertawa kecil. "Sandiwara!"

Dulu Lakapala percaya bahwa mama dan papa nya merupakan pasangan paling serasi. Sebelum semuanya seperti sekarang, satu persatu diketahui Lakapala. Termasuk perbuatan Mamanya di masa lalu terhadap Mamanya Jani.

"Anak laki-laki yang baik harus bisa mandiri.."

Ketika tali sepatu nya terlepas, saat ia menajamkan pensil menggunakan pisau dapur, dan ketika ia ikut mendaftar lomba bermain gitar. Lakapala melakukan nya sendiri, sadar atau tidak. Ucapan tantenya dulu sangat berpengaruh pada Lakapala yang saat itu usianya masih 5 tahun.

"Jangan terpengaruh atas omongan orang lain...."

Sosok wanita berkerudung dengan senyuman manisnya selalu menguatkan Lakapala. Ketika ia terjatuh dari tangga karena Dika mendorongnya, ketika ia jatuh dari sepeda, dan ketika semua teman-teman SD nya menghina Lakapala karena ia anak yatim piatu. Tante Tita, selalu ada.

Senyuman manis yang jarang dilihat Lakapala selama 2 tahun terakhir. Ketika tantenya memutuskan untuk menetap di Mesir bersama suaminya, Om George. Justru waktu itulah Lakapala benar-benar merasa kehilangan.

Kedua sudut bibirnya melengkung sambil mengamati foto sosok seorang gadis di atas nakas. Pergerakan nya memasukkan baju ke dalam koper tertunda. Cowok itu mengambil foto sang pacar. Rinjani Aira Ningrat, kekasihnya. Gadis bermata cokelat yang telah berhasil mengendalikan emosi Lakapala selama dua tahun.

Tantenya pergi, tapi dia menemukan Jani. Itu merupakan sebuah keberuntungan bagi Lakapala karena telah dipertemukan dengan sosok gadis lemah lembut seperti Rinjani.

"Ck!" Cowok itu berdecak kemudian buru-buru ikut memasukkan foto Jani ke dalam kopernya. Dia harus cepat-cepat mengemasi semua barang-barangnya sebelum Dika menyadari jika dia sedang berada di rumah ini.

⏮◀▶⏯

Lakapala menyandarkan punggung lebarnya pada dinding di dekat tangga. Cowok itu tersenyum sinis, dia sedang menikmati pertengkaran antara Dika dengan perempuan sexy itu. Bisa dihitung perempuan ini merupakan perempuan kesekian yang dibawa Dika ke rumah ini. Jadi ia tidak heran kalau rumah ini memiliki aura panas. Karena penghuninya saja pengikut setia setan.

TENTANG LAKAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang