"Wish! Kita bertemu lagi anak muda!"
Pria kemarin mencegat langkah Lakapala. Bedanya pria ini sekarang bersama rekannya. Kedua pria itu saling melirik, senyum smirk muncul di wajah kedua pria itu.
"Bagaimana kamu sudah berubah pikiran?"
Lakapala mundur, dia tidak ingin berurusan dengan mereka. Sialnya, pria botak itu berhasil menghadang Lakapala waktu tahu siasat yang akan dilakukan Lakapala untuk kabur.
"Perkenalkan. Nama Abang, Tito. Kalau yang ini, namanya Mono,"
"Gue mau sekolah! Jadi minggir!" desis Lakapala. Mukanya masih tenang.
"Saya kemari atas perintah dari bos. Beliau, tertarik dengan kamu, Lakapala? Apa benar itu nama kamu?"
Seharusnya Tito tidak perlu basa-basi seperti ini untuk menyeret Lakapala ke markas nya bos. Tito bisa melumpuhkan lawan dengan sekali gerakan, tapi dia harus melakukan taktik ini. Sebab bos sudah memberi gelar emas pada Lakapala jauh sebelum Tito menemui Lakapala kemarin.
"Gue tidak tertarik? Apa itu belum jelas?" Sinis Lakapala.
"Lakapala, jarang-jarangnya bos mau menambah anggota tanpa melakukan seleksi terlebih dahulu. Karena kamu tahu kan? Kita berurusan dengan polisi, salah langkah sekali saja, kami akan berujung penjara. Pengecualian buat kamu, bos sering melihat kamu berantem di jalanan, dan beberapa kali kamu tampil bersama teman-teman kamu, sejak saat itu bos menyukai kamu, Lakapala." papar Mono panjang lebar.
"Gue tersanjung untuk itu, tapi maaf gue sama sekali tidak mengalami hal kesulitan dalam keuangan. Gue masih mampu, uang gue banyak. Jadi untuk bergabung dengan kalian, gue gak mau!" pertegas Lakapala.
Bukannya menyerah, kedua pria itu semakin menahan Lakapala saat Lakapala akan kembali mengambil langkah pergi.
"Kali ini pikirkan baik-baik." tahan Tito. "Apa kamu akan bergantung pada kakak kamu, Lakapala? Bukannya dia selalu menyalahkan kamu atas kematian orang tua kalian. Ingat, disini kamu juga korban, Lakapala. Dan untuk keadaan keuangan kamu, saya yakin kamu sedang mengalami kesulitan."
Kali ini Lakapala sedikit goyah. Namun, ketertarikannya bertahan sebentar kala mengingat resiko kedepannya jika dia sampai bergabung dengan komplotan mereka. Lavelver Band, Jani, tante Tita, dan ketiga temannya. Lakapala akan mempertaruhkan mereka untuk ini.
"Gue mau ke sekolah bang! Gue udah terlambat setengah jam, cuma untuk meladeni kalian!"
Ketika Tito akan melanjutkan ucapannya, Mono mengkode Tito agar membiarkan Lakapala pergi. Mereka harus menggunakan cara lain.
"Baik kalau begitu, maaf sudah buat kamu terlambat ke sekolah!" ujar Tito, pria itu menyelipkan uang seratus ribuan ke saku seragam Lakapala. "Buat uang jajan!"
"Gue punya uang!" Kata Lakapala tidak suka atas perlakuan Tito.
Tito malah tertawa. "Kalau begitu simpan saja uangnya, siapa tahu nanti kamu butuh!"
"Keparat!" umpat Lakapala berlari buru-buru mengejar angkot yang hampir melaju. Lakapala menyesal sekarang, telah menolak tawaran Juan yang akan menjemput nya. Mungkin Lakapala tidak akan bertemu dengan kedua pria sialan tadi!
Lakapala membenahi seragamnya nya yang acak-acakan ketika sudah tiba di depan gerbang SMA Santana.
"Pak! Buka gerbangnya!!!!" teriak Lakapala pada satpam sekolah yang sedang minum kopi sambil menikmati ketoprak.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG LAKAPALA
Teen Fiction"Ganggu pacar gue, lo mati!" Lakapala Bramasta Gautama seperti Bintang. Ia merupakan gitaris kebanggaan band Legendaris SMA SANTANA membuat nama cowok itu bersinar. Parasnya, nyaris sempurna. Pun dengan gemilang prestasinya di segala bidang membuat...