43-Kalo ada apa-apa, cerita

12.3K 683 30
                                    

Tiga hari ini adalah hari-hari paling membosankan bagi Lakapala, cowok itu sama sekali tidak melakukan apa pun selain menonton televisi, menemani Fathan dan Fathin bermain di halaman rumah, dan bermain game.

Untungnya selama tiga hari itu, Azfan tidak pernah alfa mengunjunginya. Ya, meskipun tujuan cowok itu mampir ke rumahnya hanya sekedar untuk makan dan menjahili Fathin.

Kalau Juan dan Edwin beda lagi, kedua cowok itu sekarang selalu memiliki acara, Lakapala curiga apa Edwin sudah memiliki pacar? Tapi dirasanya itu tidak mungkin. Sebab, tiap kali ke-empatnya terlibat perbincangan mengenai 'perempuan' hanya satu nama yang selalu disebutkan Edwin.

"Si Sofie makin cantik, anjir. Gimana gue bisa move on coba?" Kata Edwin suatu hari. Cowok berkulit agak kecokelatan itu, selalu mengeluh perihal perubahan sikap  Sofie maupun penampilan nya.

Sofie yang semakin cuek. Sofie dengan gaya rambut sebahu, Sofie yang sering  terlihat bersama ketua OSIS SMA Santana. Selalu begitu. Dan tidak pernah sekali pun cowok itu membicarakan nama cewek selain Sofie.

Dan selama pembicaraan itu berlangsung, Juan mengambil peran sebagai pendengar. Cowok paling tinggi diantara ke-empatnya itu tidak pernah tertarik membicarakan perempuan.

Tapi pernah waktu itu, Juan bertanya pada Lakapala ketika ia dan Juan baru selesai bermain basket dan duduk di tribun.

"Lak kalau Jani ngambek, lo biasanya bujuk dia?"

"Jani bukan tipikal cewek yang suka ngambek, kalau ada apa-apa dia langsung  terus terang ke gue,"

Saat itu Lakapala yang sibuk membalas pesan Jani, tidak memperhatikan jika Juan diam-diam tengah memperhatikan salah satu siswi diantara gerombolan siswi kelas sebelas yang sedang duduk-duduk di pinggiran lapangan SMA Santana.

Juan kembali berdeham. "terus cara bujuk cewek ngambek gimana?"

Lakapala menjawabnya tanpa menoleh langsung ke Juan. "Ya, lo kasih aja apa yang dia suka,"

Juan menganggukkan kepala singkat. "Oh.."

Lantas Lakapala memicing penuh curiga ke arah Juan. "Lo punya cewek?"

"Ngaco lo!" balas Juan cuek, dan langsung pergi lebih dulu meninggalkan Lakapala yang saat itu lantas berteriak mengejar Juan.

"Lo lagi dekat sama cewek?!"

"Nggak." acuh Juan, menepis lengan Lakapala yang merangkul bahunya.

"Tante bantu kamu buat coba jalan ya.." kehadiran tante Arsita yang muncul dari balik pintu bercat putih itu, mengejutkan Lakapala.

"Lakapala bisa tante.." jawab Lakapala, mencoba mengangkat kakinya penuh hati-hati kemudian menapaki lantai dingin rumah sakit.

"Baguslah dia sudah bisa berdiri, dan tidak akan merepotkan Umi saya lagi!" komentar Fathan yang tengah duduk di bangku panjang di Koridor rumah sakit.

Azfan yang turut menemani Lakapala ke rumah sakit, membulatkan pupil nya mendengar ucapan Fathan. "Eh Cil! Nggak boleh ngomong kurang ajar sama orang yang lebih dewasa!"

"Terserah saya.."

Azfan mulai panas. "Wah nyolot ni anak! Sini gue jadiin muka imut lo itu jadi samsek! Mau gak lo?"

Fathin yang mendengar suara berisik itu, menarik kencang ujung kaos yang dikenakan Azfan. "Belesuk!"

Azfan mengerutkan kedua alis, mencoba mengartikan satu kata asing dari bocah ini. Lalu tak lama setelah nya, Azfan ngakak. "Yang bener tuh 'berisik' cil! Bukan 'belesuk' makanya kalo mau pakai bahasa Indonesia harus tanya dulu ke gue!"

TENTANG LAKAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang