10-Perturberd

15.6K 939 3
                                    

Jani memandang lurus rumah kontrakan Lakapala. Niatnya tadi mau mengantarkan makanan untuk Lakapala. Tau-tau nya cowok itu sedang tidak ada di rumah. Ingin menunggu, tapi takut Lakapala akan pulang larut malam seperti waktu itu.

Jani tersenyum kecut. Akhir-akhir ini ia merasa Lakapala sedikit berbeda dari sebelumnya. Cowok itu jarang masuk sekolah, dan yang paling parah menurut Jani, sikap kurang ajar Lakapala terhadap guru semakin menjadi-jadi.

"Jani?"

Spontan Jani memejamkan matanya rapat saat mendengar suara ini. Entah, kenapa tiba-tiba perasan cemas timbul di benak Jani. Dia mengkhawatirkan Lakapala. Yang Jani khawatirkan juga ia sendiri tidak tahu. Cemas, bingung, takut. Namun, sedikit berkurang setelah melihat sosok cowok yang memakai kaos hitam dengan jaket kulit tersampir di bahunya itu menatap Jani teduh.

"are you okay?"

Anehnya, cowok itu tertawa mendengar pertanyaan Jani. "Udah lama nunggu nya?"

"aku baru sampai."

Cowok itu mangut-mangut kemudian berjalan menuju pintu. Lakapala mengeluarkan kunci dari dalam saku, setelah membuka pintu. Lakapala memandang Jani, sembari tersenyum.

"Mau di luar atau di dalam?" Ini hanya basa-basi semata, nyatanya tanpa mendengar jawaban Jani. Lakapala menyeret pacarnya masuk, dan kembali menutup pintu dari dalam.

"Kesini nya sendiri?"

"Iya." Kata Jani berjalan menuju dapur Lakapala.

Hal pertama yang dilakukan cewek itu adalah mengecek isi kulkas Lakapala. Lagi-lagi dia mendapati banyak sekali minuman beralkohol. Cewek itu menghela napas, dia memasukkan minuman susu yang ia beli di minimart tadi, sebelum kemari.

"Kamu sering masak mie instan?"

Lakapala yang sedang menyandarkan bahunya pada punggung sofa di ruang tengah, menjawab dengan gumaman. Toh, masih bisa di dengar karena ukuran kontrakan nya tidak besar.

"Udah makan malam?" tanya cewek itu lagi sambil membereskan alat dapur Lakapala.

"udah.."

"Kamu gak ikut latihan ke rumah Juan?"

"Ikut, ini gue habis dari sana,"

Bohong lagi, kan. Beberapa jam yang lalu Edwin menelpon Jani, cowok itu menanyakan apa Lakapala sedang bersamanya atau tidak. Sebab, Lakapala tidak datang ke rumahnya Juan untuk latihan.

"Ya, lo jujur aja kalau semisalnya Lakapala lagi sama lo. Gue gak akan marah Jani."

Beberapa kali Jani meyakinkan Edwin kalau Lakapala sedang tidak bersama nya, karena tadi sore dia menghabiskan waktu bersama papa nya di rumah. Butuh waktu tiga menit lamanya baru Edwin percaya kalau Lakapala memang tidak bersamanya.

"Kayaknya kamu jujur ke aku, susah banget ya Laka?" kata cewek itu. "kamu habis darimana?"

"dari rumahnya Juan, lo gak percaya?"

"Bohong. Tadi Edwin, telpon aku dan nanyain kamu!"

"Jani tolong. Gue gak lagi pengen debat sama lo! Jadi lo gak usah bahas ini dulu. Gue capek banget Jani!"

"Ya, Laka jujur aja ke Jani. Lakapala habis darimana, dan kenapa gak ikut latihan ke rumahnya Juan?"

Tolong ingatkan Lakapala kalau cewek ini adalah kekasihnya. Lakapala harus bisa mengendalikan emosinya. Jika tidak, dia akan menyesali perbuatannya untuk selamanya. Dia tidak boleh kasar terhadap Jani.

TENTANG LAKAPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang