Jani membereskan buah-buahan yang berserakan di atas meja makan tatkala mendengar suara langkah mendekat. Cewek itu jadi menyesal karena telah melakukan hobi nya di dapur, mbak Foni pasti akan kelelahan nantinya untuk membersihkan bekas-bekas cat air yang menempel pada meja makan.
"loh, Non Jani ada di dapur?" kaget perempuan berusia 24 tahun itu seraya meletakkan barang-barang belanjaannya di dekat Jani. "Non Jani butuh sesuatu?"
Jani menggeleng, matanya melirik permukaan meja makan. "Maaf ya, mbak, gara-gara Jani meja makannya kotor."
Perempuan itu tertawa pelan, sedikit heran dengan sikap anak majikannya yang bisa dibilang polos. "Gak apa-apa nanti mbak bersihkan."
"Ya, kan mbak Foni jadi capek nanti." Ucap Jani memerhatikan Mbak Foni yang tengah mengeluarkan barang-barang belanjaannya satu persatu dari dalam kantung plastik.
"Itu kan, emang pekerjaannya Mbak. Lagian kalo Cuma beresin meja makan, mah gampang!" seru Mbak Foni berjalan menuju kulkas dapur. Perempuan itu dengan telaten memasukkan sayur-sayur itu ke dalam kulkas sesuai tempat seperti yang di arahkan oleh Alara.
"ya, tapi kan Mbak nya kasihan..." ucap Jani setelah Mbak Foni kembali mengeluarkan bumbu-bumbu dari dalam kantung plastik yang satunya.
"Astaga, Non.." Mbak Foni tidak bisa menahan tawa nya lebih lama lagi. Benar kata Pak Gesal-sopir Jani, bahwa Jani tipikal orang yang gampang nggak enakkan. "Habis ini mbak bakal beresin. Jadi Non Jani gak perlu khawatir, oke?" ujar perempuan itu sembari mengacungkan jempol.
"Jani bantuin, ya?"
"Eh, gak usah!" tolak perempuan itu. "ingat kata Ibuk, Non Jani teh gak boleh capek-capek, harus banyak istirahat, sama harus minum air putih yang banyak. Nanti kalo Non bantuin Mbak, yang ada Mbak bakal dimarahin sama Ibuk." Cerocos perempuan itu panjang lebar sembari meletakkan bumbu-bumbu dapur pada rak di samping kompor.
"Ya Mbaknya jangan bilang sama Mama." Bujuk Jani. "kan Mama hari ini lagi nemenin Papa buat menghadiri jamuan penting, pasti pulangnya bakal malam."
"tetap gak boleh, Non." Ucap Mbak Foni setelah menyelesaikan pekerjaannya. Perempuan itu lantas menatap Jani. "Mbak yang nggak bolehin Non.."
"Foni, titipan saya mana?" ucap Pak Gesal dari ambang pintu dapur. Pria itu belum menyadari keberadaan Jani di sana. "kamu belinya di warung lalapan itu kan?"
"Ah, iya. Sebentar Pak!"
"emang, Pak Gesal nitip apa ke Mbak Foni?" ucap Jani membuat Pak Gesal buru-buru menoleh ke samping kiri, tempat Jani berdiri. "Loh, Non..?"
Jani melemparkan senyuman tipis ke arah Pak Gesal. "Pak Gesal nitip apa?"
"anuk Non.." pria paruh baya itu menggaruk tengkuknya. Ia merasa tidak enak. "Bapak nitip ayam bakar sama Foni."
"ayam bakar?" Jani berbinar mendengar nya. "Jani mau dong Pak..."
"Eh, jangan Non!" kata Pak Gesal. "Foni belinya di warung pinggir jalan. Bapak gak berani jamin, makanannya sehat atau nggak. Takutnya, Non Jani bakal drop nanti." Ujar pria itu dengan sorot khawatir.
"Ih, gak apa-apa. Lagian Mama sama Papa lagi gak ada di rumah. Jadi, aman!"
"ya, tapi kalo Non bakal kenapa-napa nanti, Bapak juga yang bakal kena omelan nya Ibuk!"
Jani berdecak. Cewek itu tidak memedulikan ucapan Pak Gesal. Ketika Mbak Foni memindahkan ayam bakar itu dari dalam kresek ke piring makan. Cewek itu mencomot bagian paha ayam itu membuat Mbak Foni melotot.
"Non itu ayamnya pedas Non!" karena setahu nya, Jani tidak bisa memakan pedas.
"Aduh, aduh gimana ini..." ujar Pak Gesal. Pria paruh baya itu dibuat kelimpungan oleh anak majikannya. "Foni singkirkan makanan itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG LAKAPALA
Fiksi Remaja"Ganggu pacar gue, lo mati!" Lakapala Bramasta Gautama seperti Bintang. Ia merupakan gitaris kebanggaan band Legendaris SMA SANTANA membuat nama cowok itu bersinar. Parasnya, nyaris sempurna. Pun dengan gemilang prestasinya di segala bidang membuat...