"Lo hebat Jani. Gue salut sama lo."
Ucapan Adiba saat menghampirinya di parkiran sebelum pulang sekolah terasa berputar di kepala Jani. Dia bisa melihat bagaimana kecewa nya Adiba. Dia mendengar nada kecewa dari setiap ucapan Adiba terhadap nya. Seandainya, Jani tahu Lakapala akan mengumumkan tentang hubungan yang selama ini Jani rahasiakan, maka cewek itu tidak akan mau datang ke belakang sekolah.
Lebih baik ia berdiam di perpustakaan sambil membaca beberapa dongeng legenda nusantara, dan mengabaikan ucapan seorang adik kelas yang memberitahu nya tentang perkelahian Lakapala dan Dean. Dan permasalahan antara ia dan Adiba tidak sepanjang ini.
Adiba semakin membenci nya.
Adiba akan kembali menjauhi Jani.
Lalu, Saira dan Jeana pun pasti menjauhinya juga. Meskipun Jani tidak sedekat itu dengan mereka, tapi akhir-akhir ini mereka sering menghabiskan waktu bersama, bukan?
Jani membenamkan kepala nya di bantal. Sejak pulang sekolah, dia belum keluar dari kamarnya. Panggilan dari sang Mama yang memintanya untuk turun makan pun ia hiraukan.
Ketukan pintu kamarnya kembali terdengar, membuat cewek itu segera mengusap jejak air matanya, lantas buru-buru membuka pintu kamarnya.
"Ma! Jani enggak mau makan!" ujar Jani tanpa menatap sosok yang telah mengetuk pintu kamarnya.
"Anjani?"
Tubuh Jani membeku, dengan gerakan hati-hati ia memberanikan diri untuk menatap sosok di depannya. Sementara sosok itu tersenyum hangat, lalu tangan nya terulur mengusap lembut rambut Jani.
"Apa, kabar cucu kakek?"
"Kakek?" kaget Jani.
Pria itu tidak memudarkan senyum hangatnya, ia adalah Tuan Ario Djojo Ningrat sosok Jenderal TNI yang setengah hidupnya ia abdikan untuk negara Ibu Pertiwi. Ia dikenal dengan sikap tegas, dan juga tak pernah gentar dalam menghadapi musuh di medan perang. Bahkan di usianya yang sudah bisa dibilang cukup tua, ia masih sanggup untuk ikut terjun ke wilayah Papua sana yang saat ini sedang dalam masa panas-panasnya oleh pemberontakan penduduk suku Papua pedalaman.
Detik berikutnya tubuh Jani berada di pelukan sosok pria itu. Tuan Ario mengecup gemas kepala cucu satu-satunya. Tak terbendung bagaimana rasa rindunya terhadap Jani, sedari dulu ia menginginkan anak perempuan, namun harus menguburkan keinginan nya itu dalam-dalam setelah mengetahui jika sang istri tidak bisa hamil lagi. Namun, kehadiran Rinjani di keluarga besar Graha seakan sebuah anugerah bagi Tuan Ario sendiri.
"Cepat sekali kau besar! Seingat kakek, dulu kau tidak setinggi ini Anjani!"
"Jani ajak kakek kamu turun sayang!!!" teriak Alara dari lantai bawah.
"Mengganggu momen saja, ibumu itu Anjani. Yasudah, mari turun. Kakek ingin berbincang-bincang hangat dengan cucu kakek ini!"
"Kek, Jani mau nanya." ucap Jani saat mereka menuruni tangga. Tuan Ario tertawa kecil mendengar ucapan Jani. Cucunya ini masih merasa canggung rupanya.
"Langsung nanya saja, kenapa kau meminta izin seperti itu?"
Jani tidak langsung berbicara, cewek itu mengikuti langkah Kakeknya yang hampir tiba di meja makan. Setelah, Tuan Ario duduk, kemudian Jani memilih duduk di sebelah Tuan Ario, barulah Jani melanjutkan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG LAKAPALA
Novela Juvenil"Ganggu pacar gue, lo mati!" Lakapala Bramasta Gautama seperti Bintang. Ia merupakan gitaris kebanggaan band Legendaris SMA SANTANA membuat nama cowok itu bersinar. Parasnya, nyaris sempurna. Pun dengan gemilang prestasinya di segala bidang membuat...